WASHINGTON, D.C. – Hubungan antara mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang selama masa jabatan Trump dikenal sebagai sekutu dekat, dilaporkan mengalami keretakan signifikan akibat perbedaan pandangan mengenai krisis kemanusiaan di Gaza. Menurut laporan eksklusif dari NBC News, Trump dikabarkan meluapkan kemarahannya kepada Netanyahu dalam sebuah panggilan telepon yang tegang, setelah Netanyahu berusaha meremehkan laporan mengenai kelaparan yang meluas di wilayah Palestina tersebut.
Peristiwa ini menyoroti meningkatnya tekanan internasional terhadap Israel terkait penanganan konflik di Gaza, serta potensi perpecahan di antara sekutu-sekutu tradisional mengenai strategi dan prioritas. Trump, yang dikenal dengan gaya komunikasinya yang blak-blakan dan tidak konvensional, tampaknya tidak ragu untuk mengekspresikan ketidaksetujuannya secara langsung kepada Netanyahu, meskipun keduanya memiliki sejarah hubungan yang erat.
Laporan NBC News, yang mengutip sumber-sumber anonim yang mengetahui percakapan tersebut, menyatakan bahwa ketegangan bermula ketika Netanyahu secara terbuka membantah adanya kelaparan di Gaza, dengan mengklaim bahwa laporan tersebut dilebih-lebihkan atau bahkan direkayasa oleh kelompok Hamas. Pernyataan ini kontras dengan penilaian banyak organisasi kemanusiaan internasional dan badan-badan PBB, yang telah lama memperingatkan tentang situasi pangan yang memburuk di Gaza akibat konflik berkepanjangan dan pembatasan akses kemanusiaan.
Also Read
Trump, yang saat itu sedang melakukan kunjungan ke Inggris, secara terbuka membantah klaim Netanyahu, dengan mengatakan kepada wartawan bahwa kelaparan di Gaza adalah nyata. Pernyataan ini, yang secara efektif bertentangan dengan posisi pemimpin Israel, menunjukkan adanya perbedaan mendasar dalam cara kedua pemimpin tersebut memandang krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Panggilan telepon yang dilaporkan antara Trump dan Netanyahu dimaksudkan untuk menjernihkan perbedaan pandangan tersebut, namun justru malah memperburuk ketegangan. Menurut sumber-sumber NBC News, Netanyahu bersikeras bahwa tuduhan kelaparan yang meluas di Gaza adalah propaganda Hamas, namun Trump menyela dan meninggikan suaranya, dengan menyatakan bahwa para ajudannya telah memberikan bukti yang menunjukkan sebaliknya.
Percakapan tersebut, yang dilaporkan dimulai atas permintaan Netanyahu, dengan cepat berubah menjadi "sebagian besar satu arah," dengan Trump yang berbicara lebih banyak dan mendominasi percakapan. Sumber-sumber tersebut menggambarkan Trump sebagai sosok yang frustrasi dan marah, yang merasa bahwa Netanyahu tidak menangani krisis kemanusiaan di Gaza dengan serius.
Insiden ini menyoroti beberapa isu penting yang mendasari hubungan AS-Israel, termasuk perbedaan pandangan mengenai konflik Israel-Palestina, peran bantuan kemanusiaan, dan akuntabilitas atas pelanggaran hak asasi manusia. Meskipun Amerika Serikat secara historis menjadi pendukung kuat Israel, pemerintahan Trump terkadang menunjukkan kesediaan untuk berbeda pendapat dengan Netanyahu mengenai isu-isu tertentu, terutama yang berkaitan dengan kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS.
Kritik Trump terhadap penanganan krisis kemanusiaan di Gaza oleh Netanyahu juga mencerminkan meningkatnya kekhawatiran di kalangan komunitas internasional mengenai dampak konflik terhadap warga sipil Palestina. Organisasi-organisasi hak asasi manusia dan badan-badan PBB telah berulang kali menyerukan kepada Israel untuk mencabut pembatasan akses kemanusiaan ke Gaza dan untuk memastikan bahwa warga sipil memiliki akses ke makanan, air, dan layanan medis yang memadai.
Selain itu, insiden ini menyoroti potensi konsekuensi politik bagi Netanyahu di dalam negeri. Penanganan krisis kemanusiaan di Gaza telah menuai kritik dari berbagai pihak di Israel, termasuk dari beberapa anggota koalisi pemerintahannya sendiri. Jika persepsi publik adalah bahwa Netanyahu tidak menangani krisis tersebut dengan serius, hal itu dapat melemahkan posisinya secara politik dan meningkatkan tekanan untuk mengundurkan diri.
Reaksi terhadap laporan mengenai panggilan telepon antara Trump dan Netanyahu bervariasi. Beberapa pihak memuji Trump karena bersikap jujur dan karena membela hak-hak warga sipil Palestina, sementara yang lain mengkritiknya karena mencampuri urusan dalam negeri Israel dan karena merusak hubungan antara kedua negara.
Namun, terlepas dari reaksi politiknya, insiden ini menyoroti pentingnya mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza dan memastikan bahwa warga sipil memiliki akses ke bantuan yang mereka butuhkan. Hal ini juga menggarisbawahi perlunya dialog yang jujur dan konstruktif antara AS dan Israel mengenai isu-isu yang menjadi perhatian bersama, termasuk konflik Israel-Palestina dan peran bantuan kemanusiaan.
Konflik Israel-Palestina adalah isu kompleks dan berkepanjangan yang membutuhkan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. Sementara Amerika Serikat secara historis memainkan peran penting dalam menengahi perdamaian antara kedua belah pihak, keberhasilan upaya tersebut akan bergantung pada kesediaan semua pihak untuk terlibat dalam dialog yang jujur dan konstruktif, dan untuk membuat kompromi yang sulit demi mencapai tujuan bersama.
Dalam konteks ini, penting bagi para pemimpin di kedua belah pihak untuk memprioritaskan kebutuhan dan hak-hak warga sipil, dan untuk memastikan bahwa semua tindakan yang diambil sesuai dengan hukum humaniter internasional. Hal ini mencakup memastikan bahwa warga sipil memiliki akses ke makanan, air, dan layanan medis yang memadai, dan bahwa mereka dilindungi dari kekerasan dan penganiayaan.
Pada akhirnya, solusi untuk konflik Israel-Palestina akan membutuhkan komitmen dari semua pihak untuk mengatasi akar penyebab konflik tersebut, termasuk isu-isu seperti pendudukan, permukiman, dan pengungsi. Hal ini juga akan membutuhkan komitmen untuk membangun masa depan di mana semua orang dapat hidup dalam damai dan keamanan, dengan hak dan martabat yang sama.
Insiden antara Trump dan Netanyahu merupakan pengingat bahwa hubungan antara kedua negara, meskipun kuat dan abadi, tidak kebal terhadap ketegangan dan perbedaan pandangan. Namun, dengan terlibat dalam dialog yang jujur dan konstruktif, dan dengan memprioritaskan kebutuhan dan hak-hak semua orang, kedua negara dapat mengatasi tantangan ini dan membangun masa depan yang lebih baik bersama.
Penting untuk dicatat bahwa laporan NBC News didasarkan pada sumber-sumber anonim, dan bahwa detail spesifik dari percakapan antara Trump dan Netanyahu mungkin berbeda dari apa yang dilaporkan. Namun, terlepas dari detail spesifiknya, insiden ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pandangan yang signifikan antara kedua pemimpin mengenai krisis kemanusiaan di Gaza, dan bahwa hubungan antara kedua negara mungkin mengalami masa yang sulit.
Seiring berjalannya waktu, akan menarik untuk melihat bagaimana insiden ini memengaruhi hubungan AS-Israel, dan bagaimana hal itu memengaruhi upaya untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa krisis kemanusiaan di Gaza membutuhkan perhatian mendesak, dan bahwa semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan bahwa warga sipil memiliki akses ke bantuan yang mereka butuhkan.











