Kematian tragis Prada Lucky Chepril Saputra Namo, seorang prajurit TNI Angkatan Darat, telah menggemparkan publik dan memicu kemarahan serta tuntutan keadilan. Kasus ini, yang semula diduga sebagai insiden tunggal, kini mengungkap fakta yang lebih mengerikan: penganiayaan terhadap Prada Lucky ternyata berlangsung lebih dari satu hari, melibatkan sejumlah oknum prajurit senior, dan mengindikasikan adanya praktik kekerasan sistematis di lingkungan militer.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana telah memberikan keterangan resmi terkait perkembangan penyelidikan kasus ini. Beliau mengungkapkan bahwa Pomdam Udayana telah menetapkan 20 prajurit sebagai tersangka dalam kasus kematian Prada Lucky. Jumlah tersangka yang signifikan ini mengindikasikan bahwa penganiayaan yang dialami Prada Lucky bukan hanya dilakukan oleh satu atau dua orang, melainkan melibatkan banyak pihak yang memiliki peran berbeda dalam serangkaian tindakan kekerasan.
"Kenapa jumlah personel yang diterapkan sebagai tersangka cukup banyak? Karena memang kejadian (dugaan penyiksaan) tidak berlaku pada satu hari," ujar Brigjen TNI Wahyu Yudhayana di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Jakarta, Senin (11/8/2025). Pernyataan ini secara jelas mengonfirmasi bahwa penganiayaan terhadap Prada Lucky berlangsung secara berkelanjutan, menunjukkan adanya pola kekerasan yang terstruktur dan sistematis.
Also Read
Awalnya, penyelidikan kasus ini hanya menetapkan empat orang prajurit sebagai tersangka, yaitu Pratu AA, Pratu EDA, Pratu PNBS, dan Pratu ARR. Keempatnya diduga sebagai pelaku utama dalam penganiayaan terhadap Prada Lucky. Namun, seiring dengan berjalannya penyelidikan dan pemeriksaan yang lebih mendalam, ditemukan bukti-bukti yang mengarah pada keterlibatan prajurit lainnya. Sebanyak 16 prajurit kemudian turut ditetapkan sebagai tersangka, menambah daftar panjang pelaku yang diduga terlibat dalam kematian tragis Prada Lucky.
Keempat tersangka awal telah dipindahkan penahanannya ke Denpom Kupang untuk proses hukum lebih lanjut. Sementara itu, 16 tersangka lainnya masih menjalani pemeriksaan intensif di Subdenpom di Ende. Proses penyidikan masih terus dilakukan untuk mengungkap peran masing-masing tersangka dalam rangkaian penganiayaan yang menimpa Prada Lucky.
Penyidikan yang sedang berlangsung bertujuan untuk mengungkap secara rinci bagaimana penganiayaan terhadap Prada Lucky terjadi, siapa saja yang terlibat, dan apa peran masing-masing pelaku. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua pihak yang bertanggung jawab atas kematian Prada Lucky mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka.
Kasus Prada Lucky ini menjadi sorotan tajam terhadap praktik kekerasan di lingkungan militer. Publik menuntut agar kasus ini diusut tuntas, transparan, dan tanpa pandang bulu. Selain itu, kasus ini juga menjadi momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pembinaan dan pengawasan di lingkungan militer, guna mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan.
TNI Angkatan Darat sendiri telah menyatakan komitmennya untuk menindak tegas para pelaku penganiayaan terhadap Prada Lucky. Komitmen ini harus diwujudkan dalam tindakan nyata, yaitu dengan memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada para pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu, TNI Angkatan Darat juga harus melakukan langkah-langkah preventif untuk mencegah terjadinya praktik kekerasan di lingkungan militer, seperti meningkatkan pengawasan, memberikan pelatihan yang lebih baik kepada para prajurit, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih kondusif dan harmonis.
Kasus Prada Lucky ini bukan hanya sekadar kasus penganiayaan biasa. Kasus ini adalah cerminan dari masalah yang lebih besar, yaitu adanya praktik kekerasan yang masih terjadi di lingkungan militer. Praktik kekerasan ini tidak hanya merugikan para korban, tetapi juga mencoreng citra TNI sebagai institusi yang seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat.
Oleh karena itu, kasus Prada Lucky ini harus menjadi titik balik bagi TNI untuk melakukan reformasi internal secara menyeluruh. Reformasi ini harus mencakup semua aspek, mulai dari sistem pembinaan, pengawasan, hingga penegakan hukum. Dengan reformasi yang komprehensif, diharapkan praktik kekerasan di lingkungan militer dapat dihilangkan dan TNI dapat kembali menjadi institusi yang profesional, modern, dan dicintai oleh rakyat.
Keluarga Prada Lucky tentu sangat terpukul dan berduka atas kematian tragis putra mereka. Mereka berharap agar kasus ini dapat diusut tuntas dan para pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal. Keadilan harus ditegakkan untuk Prada Lucky dan keluarganya.
Selain itu, kasus ini juga menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa kekerasan tidak boleh dibiarkan terjadi di lingkungan manapun, termasuk di lingkungan militer. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk mencegah dan melawan segala bentuk kekerasan, demi menciptakan masyarakat yang lebih aman, adil, dan sejahtera.
Penting untuk diingat bahwa setiap prajurit TNI adalah aset bangsa yang berharga. Mereka telah mengabdikan diri untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara. Oleh karena itu, mereka harus diperlakukan dengan hormat dan bermartabat. Kekerasan tidak boleh menjadi bagian dari budaya di lingkungan militer.
Kasus Prada Lucky ini adalah tragedi yang tidak seharusnya terjadi. Kita semua berharap agar kasus ini menjadi yang terakhir dan tidak ada lagi prajurit yang menjadi korban kekerasan di lingkungan militer. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan militer yang lebih baik, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, profesionalisme, dan keadilan.
Penyelesaian kasus Prada Lucky ini akan menjadi ujian bagi komitmen TNI dalam menegakkan hukum dan keadilan. Publik akan terus mengawasi perkembangan kasus ini dan menuntut agar para pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka. Keadilan harus ditegakkan, bukan hanya untuk Prada Lucky dan keluarganya, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Kasus ini juga menyoroti pentingnya peran pengawasan eksternal terhadap TNI. Pengawasan eksternal dapat membantu mencegah terjadinya praktik kekerasan dan pelanggaran hukum di lingkungan militer. Pengawasan eksternal juga dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas TNI.
Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran hukum dan HAM di kalangan prajurit TNI. Para prajurit harus memahami bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara lainnya. Mereka juga harus memahami bahwa kekerasan adalah tindakan yang melanggar hukum dan HAM.
Kasus Prada Lucky ini adalah panggilan bagi kita semua untuk bertindak. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih baik, yang bebas dari kekerasan dan diskriminasi. Mari kita junjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian.
Semoga kasus Prada Lucky ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua dan tidak ada lagi korban kekerasan di lingkungan manapun. Keadilan harus ditegakkan dan perdamaian harus diwujudkan.












