Josef Mengele, dokter Nazi yang dijuluki "Malaikat Maut" karena eksperimen mengerikan dan perannya dalam seleksi korban di kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau, ternyata hidup secara terbuka dan nyaman selama bertahun-tahun di Argentina, meskipun identitas aslinya diketahui oleh pihak berwenang. Pengungkapan ini muncul dari berkas intelijen yang baru-baru ini dideklasifikasi oleh pemerintah Argentina di bawah kepemimpinan Presiden Javier Milei, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana salah satu penjahat perang paling dicari di dunia berhasil menghindari keadilan selama bertahun-tahun setelah Perang Dunia II.
Dokumen-dokumen yang baru dideklasifikasi mengungkapkan bahwa lembaga-lembaga intelijen Argentina telah melacak keberadaan Mengele segera setelah dia menyelinap masuk ke negara tersebut pada tahun 1949. Mengele tiba di Argentina dengan menggunakan paspor Italia palsu atas nama Helmut Gregor. Namun, meskipun mengetahui identitas aslinya dan aktivitas masa lalunya yang mengerikan, pihak berwenang Argentina berulang kali gagal mengambil tindakan yang diperlukan untuk menangkapnya. Kegagalan ini disebabkan oleh kombinasi faktor yang kompleks, termasuk perlindungan politik dari individu-individu yang bersimpati kepada Nazi, keraguan birokrasi yang menghambat tindakan cepat, dan kebocoran informasi kepada pers, yang memungkinkan Mengele untuk selalu selangkah lebih maju dari pengejarnya.
Josef Mengele, lahir pada tahun 1911 di Günzburg an der Donau, Jerman, adalah seorang dokter dan antropolog yang bergabung dengan Partai Nazi pada tahun 1937 dan SS pada tahun 1938. Setelah bertugas sebagai petugas medis di berbagai front selama Perang Dunia II, ia dipindahkan ke Auschwitz-Birkenau pada tahun 1943. Di sana, ia melakukan eksperimen medis yang mengerikan terhadap tahanan kamp, terutama anak-anak kembar, dengan tujuan untuk memajukan ideologi rasial Nazi dan meningkatkan kemampuan reproduksi ras Arya. Eksperimen-eksperimen ini seringkali melibatkan pembedahan tanpa anestesi, injeksi bahan kimia berbahaya, dan paparan kondisi ekstrem, yang menyebabkan penderitaan yang tak terhitung dan kematian bagi banyak korbannya. Mengele juga memainkan peran penting dalam proses seleksi di Auschwitz, menentukan siapa yang akan langsung dikirim ke kamar gas dan siapa yang akan dijadikan pekerja paksa atau subjek eksperimen.
Also Read
Setelah Perang Dunia II, Mengele melarikan diri dari Jerman dan menghabiskan beberapa tahun bersembunyi sebelum akhirnya berhasil menyelinap ke Argentina pada tahun 1949. Argentina, di bawah pemerintahan Juan Perón, menjadi tempat perlindungan bagi banyak mantan Nazi yang melarikan diri dari Eropa setelah perang. Perón bersimpati pada ideologi fasis dan memberikan dukungan diam-diam kepada para mantan Nazi, memungkinkan mereka untuk membangun kehidupan baru di Argentina.
Meskipun hidup dengan identitas palsu, Mengele tampaknya tidak berusaha keras untuk menyembunyikan diri. Dia menggunakan nama aslinya dalam beberapa kesempatan dan bahkan terdaftar dalam direktori telepon di Buenos Aires. Dia juga berhubungan dengan keluarganya di Jerman melalui surat dan kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa Mengele merasa aman dan yakin bahwa dia tidak akan ditangkap di Argentina.
Dokumen-dokumen yang baru dideklasifikasi menunjukkan bahwa intelijen Argentina mengetahui keberadaan Mengele di Argentina sejak awal tahun 1950-an. Namun, berbagai faktor menghalangi upaya untuk menangkapnya. Pertama, ada perlindungan politik yang diberikan kepada Mengele oleh beberapa pejabat pemerintah yang bersimpati kepada Nazi. Pejabat-pejabat ini menghalangi penyelidikan dan memberikan informasi kepada Mengele tentang upaya untuk menangkapnya. Kedua, ada keraguan birokrasi yang menghambat tindakan cepat. Berbagai lembaga intelijen yang terlibat dalam pencarian Mengele seringkali tidak berkoordinasi dengan baik, dan ada perselisihan tentang siapa yang bertanggung jawab atas penangkapannya. Ketiga, ada kebocoran informasi kepada pers, yang memperingatkan Mengele tentang upaya untuk menangkapnya dan memungkinkannya untuk melarikan diri.
Pada tahun 1959, pengejaran Mengele semakin intensif setelah pemerintah Jerman Barat mengeluarkan surat perintah penangkapan atas dirinya. Mossad, badan intelijen Israel, juga mulai memburu Mengele. Namun, meskipun ada upaya yang meningkat, Mengele berhasil menghindari penangkapan.
Pada tahun 1960, Mossad berhasil menangkap Adolf Eichmann, seorang arsitek utama Holocaust, di Buenos Aires. Eichmann diculik dan dibawa ke Israel, di mana dia diadili dan dieksekusi. Penangkapan Eichmann meningkatkan tekanan pada pemerintah Argentina untuk menangkap Mengele. Namun, Mengele berhasil melarikan diri ke Paraguay pada tahun 1960 dan kemudian ke Brasil pada tahun 1961.
Mengele menghabiskan sisa hidupnya di Brasil, bersembunyi di bawah identitas palsu. Dia meninggal karena stroke saat berenang di laut pada tahun 1979. Identitasnya tidak dikonfirmasi hingga tahun 1985, ketika penggalian kuburannya dan analisis forensik mengkonfirmasi bahwa itu memang Josef Mengele.
Pengungkapan bahwa Mengele hidup nyaman selama bertahun-tahun di Argentina, meskipun identitas aslinya diketahui oleh pihak berwenang, telah memicu kemarahan dan kecaman dari organisasi Yahudi dan kelompok hak asasi manusia di seluruh dunia. Kasus Mengele adalah pengingat yang menyakitkan tentang bagaimana kejahatan Nazi dapat lolos dari hukuman dan bagaimana ideologi fasis dapat terus bertahan lama setelah jatuhnya rezim Nazi.
Dokumen-dokumen yang baru dideklasifikasi memberikan wawasan baru tentang bagaimana Mengele berhasil menghindari penangkapan selama bertahun-tahun. Mereka juga menyoroti perlunya akuntabilitas dan keadilan bagi para pelaku kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Pemerintah Argentina harus terus bekerja sama dengan organisasi internasional untuk mengungkap kebenaran tentang masa lalu dan memastikan bahwa kejahatan semacam itu tidak pernah dilupakan.
Selain itu, kasus Josef Mengele menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan dan penolakan terhadap segala bentuk intoleransi, rasisme, dan diskriminasi. Hanya dengan belajar dari kesalahan masa lalu kita dapat mencegah kejahatan seperti Holocaust terjadi lagi.











