Asy-Syifa binti Abdullah, sebuah nama yang mungkin belum banyak dikenal, namun memiliki peran sentral dalam sejarah pendidikan Islam. Beliau adalah seorang muslimah inspiratif yang dikenal sebagai guru pertama dalam Islam, bukan hanya karena keilmuannya yang luas, tetapi juga karena dedikasinya dalam menyebarkan ilmu pengetahuan di kalangan wanita pada masa awal Islam. Kisah hidupnya adalah cermin ketekunan, kecerdasan, dan pengabdian kepada agama dan masyarakat.
Asy-Syifa binti Abdullah bin Abdi Syams bin Khalaf bin Sadad bin Abdullah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab al-Qurasyiyyah al-Adawiyah, demikian nama lengkapnya, adalah sosok yang istimewa. Dalam kitab "Nisaa Haular Rasul" (Wanita-wanita di Sekitar Rasulullah), disebutkan bahwa beliau memeluk Islam sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Beliau termasuk dalam golongan Muhajirin angkatan pertama, yaitu orang-orang yang rela meninggalkan harta dan keluarga demi mengikuti ajaran Islam. Asy-Syifa juga termasuk wanita yang berbai’at (berjanji setia) kepada Rasulullah SAW. Keimanan dan kesetiaannya kepada Islam tidak perlu diragukan lagi.
Keteguhan iman Asy-Syifa binti Abdullah juga tercermin dalam ayat Al-Qur’an, surat Al-Mumtahanah ayat 12, yang berbunyi:
Also Read
"Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia bahwa mereka tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al-Mumtahanah: 12)
Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya peran wanita dalam membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Asy-Syifa binti Abdullah adalah salah satu contoh wanita yang memenuhi kriteria tersebut, menjadi teladan bagi generasi selanjutnya.
Keistimewaan Asy-Syifa binti Abdullah tidak hanya terletak pada keimanan dan kesetiaannya kepada Islam, tetapi juga pada kecerdasannya yang luar biasa. Beliau dikenal sebagai wanita yang cerdas dan utama, seorang ulama di antara ulama pada masanya. Tanah hatinya subur bagi ilmu dan iman, sehingga beliau mampu memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan pendidikan Islam.
Asy-Syifa menikah dengan Abu Hatsmah bin Hudzaifah bin Adi, dan dari pernikahan tersebut, Allah SWT mengaruniakan seorang putra bernama Sulaiman bin Abi Hatsmah. Keluarga ini menjadi contoh keluarga muslim yang harmonis dan berpendidikan.
Sebelum kedatangan Islam, Asy-Syifa binti Abdullah telah dikenal sebagai guru dalam membaca dan menulis. Kemampuan ini sangat langka pada masa itu, terutama di kalangan wanita. Ketika Islam datang, beliau tidak menghentikan aktivitasnya sebagai pengajar. Justru sebaliknya, beliau semakin bersemangat untuk memberikan pengajaran kepada wanita-wanita muslimah, dengan harapan mendapatkan ganjaran dan pahala dari Allah SWT.
Dedikasi Asy-Syifa binti Abdullah dalam bidang pendidikan inilah yang menjadikannya dikenal sebagai "guru wanita pertama dalam Islam". Beliau membuka pintu ilmu pengetahuan bagi kaum wanita, memberikan mereka kesempatan untuk belajar membaca, menulis, dan memahami ajaran agama. Hal ini merupakan langkah revolusioner pada masanya, karena wanita seringkali terpinggirkan dalam akses pendidikan.
Salah satu murid Asy-Syifa binti Abdullah yang paling terkenal adalah Hafshah binti Umar bin Khatthab, salah seorang istri Rasulullah SAW. Hafshah adalah wanita yang cerdas dan memiliki minat yang besar dalam belajar. Rasulullah SAW sendiri yang meminta Asy-Syifa untuk mengajarkan kepada Hafshah tentang menulis dan sebagian ruqyah (pengobatan dengan doa-doa).
Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Asy-Syifa berkata, "Suatu ketika Rasulullah masuk sedangkan saya berada di samping Hafshah, beliau bersabda: ‘Mengapa tidak engkau ajarkan kepadanya ruqyah sebagaimana engkau ajarkan kepadanya menulis?’" (HR Abu Daud).
Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi wanita, bahkan dalam rumah tangga Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mendorong para istrinya untuk belajar dan mengembangkan diri, sehingga mereka dapat menjadi teladan bagi wanita muslim lainnya.
Selain mengajarkan menulis, Asy-Syifa binti Abdullah juga dikenal sebagai ahli ruqyah. Ruqyah adalah metode pengobatan dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Sebelum memeluk Islam, Asy-Syifa telah memiliki pengetahuan tentang ruqyah yang dipraktikkan pada masa Jahiliyah.
Ketika masuk Islam dan berhijrah, Asy-Syifa berkata kepada Rasulullah SAW, "Aku adalah ahli ruqyah di masa Jahiliyah dan aku ingin memperlihatkannya kepada Anda." Rasulullah SAW mengizinkan Asy-Syifa untuk terus melakukan ruqyah, asalkan tidak mengandung unsur-unsur syirik atau kepercayaan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak menghapus semua tradisi dan pengetahuan yang ada sebelumnya, asalkan sesuai dengan prinsip-prinsip agama. Islam justru menyempurnakan dan meluruskan tradisi-tradisi yang baik, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.
Asy-Syifa binti Abdullah adalah contoh nyata seorang wanita muslim yang cerdas, berpendidikan, dan berdedikasi. Beliau tidak hanya menjadi guru bagi kaum wanita, tetapi juga menjadi teladan dalam beriman, beribadah, dan berkontribusi bagi masyarakat. Kisah hidupnya menginspirasi kita untuk terus belajar, mengembangkan diri, dan memberikan yang terbaik bagi agama dan bangsa.
Peran Asy-Syifa binti Abdullah sebagai guru pertama dalam Islam memiliki dampak yang sangat besar bagi perkembangan pendidikan wanita pada masa itu. Beliau membuka jalan bagi wanita untuk mengakses ilmu pengetahuan, yang sebelumnya sangat terbatas. Hal ini memberikan kesempatan bagi wanita untuk meningkatkan kualitas diri, berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat, dan menjadi ibu yang cerdas dan berpendidikan bagi generasi penerus.
Selain itu, Asy-Syifa binti Abdullah juga mengajarkan pentingnya keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan agama. Beliau tidak hanya mengajarkan membaca dan menulis, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai Islam dan akhlak yang mulia. Hal ini penting agar ilmu pengetahuan yang dimiliki tidak disalahgunakan, tetapi digunakan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat.
Kisah Asy-Syifa binti Abdullah juga memberikan pesan penting bagi kita saat ini, bahwa pendidikan adalah hak bagi semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, suku, atau agama. Setiap orang memiliki potensi untuk belajar dan mengembangkan diri, dan kita harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk meraih pendidikan yang berkualitas.
Selain itu, kita juga perlu meneladani semangat Asy-Syifa binti Abdullah dalam berdedikasi untuk menyebarkan ilmu pengetahuan. Kita dapat menjadi guru, mentor, atau fasilitator bagi orang lain, berbagi ilmu dan pengalaman yang kita miliki. Dengan demikian, kita dapat berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun masyarakat yang lebih baik.
Asy-Syifa binti Abdullah adalah sosok yang patut kita teladani. Beliau adalah guru pertama dalam Islam yang memiliki segudang ilmu luar biasa, seorang wanita muslim yang cerdas, berpendidikan, dan berdedikasi. Kisah hidupnya menginspirasi kita untuk terus belajar, mengembangkan diri, dan memberikan yang terbaik bagi agama, bangsa, dan negara. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan keberkahan kepada beliau dan kepada kita semua. Amin.
Sebagai penutup, mari kita renungkan kembali pesan-pesan penting yang dapat kita ambil dari kisah Asy-Syifa binti Abdullah:
- Pendidikan adalah hak bagi semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, suku, atau agama.
- Keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan agama sangat penting agar ilmu pengetahuan tidak disalahgunakan.
- Dedikasi untuk menyebarkan ilmu pengetahuan adalah amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir.
- Wanita memiliki peran penting dalam pembangunan masyarakat dan pendidikan generasi penerus.
- Keteladanan dalam beriman, beribadah, dan berkontribusi bagi masyarakat adalah kunci untuk meraih keberkahan hidup.
Dengan meneladani Asy-Syifa binti Abdullah, kita dapat menjadi generasi yang lebih baik, yang mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan agama, bangsa, dan negara. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita di jalan yang lurus. Amin.











