YOGYAKARTA – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melontarkan pernyataan ambisius mengenai potensi penguatan nilai tukar rupiah melalui program hilirisasi pertanian. Dalam sebuah forum di Yogyakarta, Mentan Amran dengan optimis menyatakan bahwa implementasi hilirisasi komoditas ekspor secara masif dapat mendongkrak nilai tukar rupiah hingga mencapai Rp1.000 per dolar AS (USD). Klaim ini tentu saja menarik perhatian dan memicu perdebatan, mengingat kondisi ekonomi global dan domestik yang kompleks.
Pernyataan ini disampaikan Mentan Amran saat menjadi pembicara pada Rapat Koordinasi Pengendalian (Rakordal) Pembangunan DIY Triwulan II 2025 yang berlangsung di Komplek Kepatihan Yogyakarta pada akhir Juli lalu. Dalam forum tersebut, Amran menekankan bahwa hilirisasi pertanian bukan hanya sekadar program peningkatan nilai tambah, tetapi juga sebuah strategi untuk mentransformasi Indonesia menjadi negara adidaya (superpower).
Dukungan Presiden dan Alokasi Anggaran Jumbo
Also Read
Optimisme Mentan Amran tampaknya didasari oleh dukungan penuh dari Presiden Prabowo Subianto terhadap program hilirisasi nasional. Amran mengungkapkan bahwa Presiden telah menyetujui alokasi anggaran sebesar Rp371 triliun untuk mendukung program ini. Dari total anggaran tersebut, sebagian besar akan difokuskan pada pengembangan hilirisasi di sektor pertanian, khususnya untuk komoditas kakao, kacang mete, dan kopi.
"Anggaran hilirisasi Rp371 triliun sudah disetujui. Hari ini saya tandatangani anggaran turun Rp40 triliun. Sudah cair," tegas Amran, menunjukkan keseriusan pemerintah dalam merealisasikan program ini. Pencairan anggaran tahap awal sebesar Rp40 triliun menjadi bukti nyata komitmen pemerintah untuk segera menjalankan program hilirisasi di sektor pertanian.
Potensi Hilirisasi Komoditas Ekspor
Mentan Amran kemudian menjelaskan potensi besar yang terkandung dalam hilirisasi komoditas ekspor Indonesia. Ia menyoroti beberapa komoditas pertanian yang memiliki permintaan tinggi di pasar global, seperti cokelat, kacang mete, kopi, dan kelapa. Menurutnya, dengan melakukan hilirisasi, nilai ekspor komoditas-komoditas ini dapat ditingkatkan secara signifikan.
Sebagai contoh, Amran mengambil komoditas kelapa. Ia menyebutkan bahwa nilai ekspor kelapa Indonesia saat ini sekitar Rp20 triliun. Namun, dengan hilirisasi, ia meyakini nilai ekspor kelapa dapat melonjak hingga 100 kali lipat menjadi Rp2.000 triliun. Peningkatan nilai ekspor yang fantastis ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang besar terhadap perekonomian Indonesia, termasuk penguatan nilai tukar rupiah.
Logika di Balik Optimisme Mentan Amran
Lantas, bagaimana hilirisasi pertanian dapat menguatkan nilai tukar rupiah hingga Rp1.000 per USD? Secara sederhana, logika di balik pernyataan Mentan Amran adalah sebagai berikut:
- Peningkatan Nilai Ekspor: Hilirisasi akan meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian, sehingga harga jual ekspor menjadi lebih tinggi.
- Peningkatan Devisa: Kenaikan nilai ekspor akan meningkatkan devisa negara, yaitu cadangan mata uang asing yang dimiliki oleh suatu negara.
- Penguatan Rupiah: Dengan meningkatnya devisa, permintaan terhadap rupiah akan meningkat, sehingga nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, termasuk dolar AS, akan menguat.
Dengan kata lain, Mentan Amran meyakini bahwa hilirisasi pertanian akan menciptakan surplus devisa yang besar, sehingga dapat menekan permintaan terhadap dolar AS dan mendorong penguatan nilai tukar rupiah.
Tantangan dan Keraguan
Meskipun logika yang disampaikan Mentan Amran terdengar meyakinkan, namun banyak pihak yang meragukan realisasi target Rp1.000 per USD. Pasalnya, nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya kinerja ekspor. Faktor-faktor lain yang memengaruhi nilai tukar rupiah antara lain:
- Kebijakan Moneter: Kebijakan suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) dapat memengaruhi daya tarik investasi di Indonesia, yang pada gilirannya akan memengaruhi nilai tukar rupiah.
- Inflasi: Tingkat inflasi yang tinggi dapat menurunkan daya beli rupiah, sehingga melemahkan nilai tukarnya terhadap mata uang asing.
- Sentimen Pasar: Sentimen pasar, termasuk persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia, dapat memengaruhi permintaan terhadap rupiah.
- Kondisi Ekonomi Global: Kondisi ekonomi global, seperti pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang dan kebijakan moneter negara-negara maju, juga dapat memengaruhi nilai tukar rupiah.
Selain itu, implementasi hilirisasi pertanian juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, antara lain:
- Infrastruktur: Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian membutuhkan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, pelabuhan, listrik, dan air bersih.
- Teknologi: Penerapan teknologi modern dalam proses pengolahan hasil pertanian membutuhkan investasi yang besar dan sumber daya manusia yang kompeten.
- Regulasi: Regulasi yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit dapat menghambat investasi dan pengembangan industri pengolahan hasil pertanian.
- Ketersediaan Bahan Baku: Ketersediaan bahan baku yang berkualitas dan berkelanjutan sangat penting untuk menjamin kelangsungan produksi industri pengolahan hasil pertanian.
Analisis Lebih Mendalam
Target nilai tukar rupiah Rp1.000 per USD yang dicanangkan Mentan Amran memang terdengar sangat ambisius, bahkan cenderung utopis. Namun, pernyataan ini dapat dimaknai sebagai sebuah visi besar yang ingin dicapai oleh pemerintah melalui program hilirisasi pertanian.
Penting untuk dicatat bahwa pernyataan Mentan Amran disampaikan dalam konteks forum Rakordal Pembangunan DIY Triwulan II 2025. Dalam forum tersebut, Amran ingin memberikan motivasi dan semangat kepada para pemangku kepentingan di daerah untuk mendukung program hilirisasi pertanian.
Selain itu, pernyataan Mentan Amran juga dapat dilihat sebagai upaya untuk membangun optimisme di tengah kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Dengan menyampaikan target yang ambisius, pemerintah berharap dapat mendorong investasi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian Indonesia.
Kesimpulan
Pernyataan Mentan Amran Sulaiman mengenai potensi penguatan nilai tukar rupiah hingga Rp1.000 per USD melalui hilirisasi pertanian merupakan sebuah visi besar yang ingin dicapai oleh pemerintah. Meskipun target ini terdengar sangat ambisius, namun pernyataan ini dapat dimaknai sebagai upaya untuk membangun optimisme dan mendorong investasi di sektor pertanian.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah perlu mengatasi berbagai tantangan dan memastikan implementasi hilirisasi pertanian berjalan efektif dan efisien. Selain itu, pemerintah juga perlu menjaga stabilitas ekonomi makro dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
Pada akhirnya, keberhasilan program hilirisasi pertanian dan penguatan nilai tukar rupiah tidak hanya bergantung pada upaya pemerintah, tetapi juga pada dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Dengan kerja keras dan sinergi yang baik, bukan tidak mungkin Indonesia dapat mencapai visi besar tersebut dan menjadi negara adidaya di bidang pertanian.











