Dalam beberapa waktu terakhir, stop loss hunting di pasar kripto menjadi topik hangat, apalagi setelah dugaan manipulasi besar di Binance pada Oktober 2025. Banyak trader melihat harga aset tertentu di Binance jatuh lebih dalam dibandingkan bursa lain dan memicu likuidasi massal. Momen ini membuat banyak orang bertanya, apakah ini sekadar volatilitas, atau bagian dari pola stop loss hunting di pasar kripto?
Untuk memahaminya lebih lanjut, kamu perlu tahu apa sebenarnya stop loss hunting, bagaimana ciri-cirinya, dan bagaimana cara menghindarinya agar tidak terus jadi korban pasar. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
BACA JUGA: Dalang di Balik Crash Pasar Kripto 10 Oktober Akhirnya Terungkap
Also Read
Apa Itu Stop Loss Hunting?
Stop loss hunting adalah strategi ketika pelaku besar, entah market maker, institusi, atau algoritma canggih mendorong harga menuju area di mana banyak trader meletakkan stop-loss. Ketika level itu tersentuh, stop-loss order aktif secara otomatis, menciptakan gelombang jual atau beli besar yang membuat pasar semakin bergejolak.
Efeknya? Harga sering terlihat menembus support atau resistance secara dramatis, memicu kepanikan, lalu tiba-tiba berbalik arah seperti tidak terjadi apa-apa. Inilah kenapa banyak trader merasa “stop loss kesentuh duluan padahal arahnya benar.”
Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan reaksi terhadap zona likuiditas yang mudah diprediksi oleh pelaku besar.
Keterlibatan Pelaku Pasar Besar
Aksi stop loss hunting dapat terjadi karena zona likuiditas (stop-loss) trader ritel adalah target yang mudah diprediksi.
Mengenai bagaimana data ini bisa diakses, seorang trader dan influencer Indonesia, Sulianto Indria Putra, pernah membagikan pandangannya.
Dalam salah satu videonya bersama Big Mo, ia bahkan sempat mengungkapkan bahwa Changpeng Zhao (CZ), mantan CEO Binance, adalah sosok yang ‘suka mengambil uang orang’. Ia menjelaskan mekanisme yang berpotensi terjadi di belakang layar:
“Data kita dijual. Jadi, kalau lu trading futures, itu CEX (Centralized Exchange) menjual ke market maker data lu long, stop loss-nya di berapa, invalidation, itu dijual, ke market maker. Tujuan market maker apa? Ya ngehajar atas atau ngehajar bawah. Jadi, setiap beberapa jam, itu auction, dijual (datanya) ke market maker.”
These are serious accusations. Is this true?@cz_binance @binance @BinanceAcademy @BinanceFutures pic.twitter.com/RioyyG9z99
— Ancy (@AnalisaCrypto) November 18, 2025
Pandangan ini menyoroti dugaan bahwa data kolektif mengenai penempatan stop-loss trader bisa menjadi komoditas yang dijual dan memberikan informasi berharga kepada market maker untuk melakukan stop loss hunting di pasar kripto demi keuntungan mereka sendiri.
Apa Penyebab Stop loss hunting Bisa Terjadi?
Stop loss hunting bukan sekadar “keisengan pasar”, tapi bagian dari dinamika struktur likuiditas. Bentuk manipulasi ini bisa terjadi karena pelaku besar melihat area stop-loss ritel sebagai sumber likuiditas mudah yang bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan harga sesuai kepentingan mereka.
Melansir laman Gotrade, berikut ini adalah beberapa penyebab utamanya:
BACA JUGA: Apa Itu Crypto Bubble? Ini Pengertian dan Cara Mudah Menghindarinya!
1. Mencari Kolam Likuiditas
Pelaku besar membutuhkan volume besar untuk masuk atau keluar posisi tanpa menyebabkan slippage ekstrem. Dengan mendorong harga menembus support atau resistance, mereka memicu banyak stop-loss sehingga tercipta likuiditas instan yang bisa mereka serap.
2. Manipulasi Psikologis
Saat stop-loss tertembus, banyak trader ritel panik dan ikut menjual, menciptakan tekanan harga tambahan. Pelaku besar memanfaatkan momen ini untuk membeli di harga rendah, lalu meraih keuntungan saat harga kembali naik.
3. Algoritma Berkecepatan Tinggi (HFT)
Algoritma ini dapat mendeteksi zona di mana banyak stop-loss berkumpul hanya dari pola harga dan volume. Begitu area itu terbaca, sistem dapat mengeksekusi order besar dalam hitungan detik untuk mendorong harga menyentuh level tersebut.
4. Perilaku Trader yang Terlalu Mudah Diprediksi
Banyak trader menempatkan stop-loss di titik yang sama, seperti sedikit di bawah support utama. Karena polanya repetitif, area ini menjadi target mudah untuk ditembus dan dijadikan “sasaran” oleh pelaku besar.
Ciri-ciri Stop loss hunting
Ciri-ciri stop loss hunting biasanya terlihat dari pola harga yang menembus level penting secara ekstrem lalu langsung berbalik arah dalam waktu singkat.
Agar kamu bisa mengenalinya lebih cepat, berikut penjelasan sederhana tentang pola-pola yang sering muncul saat stop loss hunting terjadi.
1. False Breakout
[Image of False Breakout]
Ini terjadi ketika harga menembus support atau resistance hanya untuk kembali masuk ke area semula dalam candle berikutnya. Tembusan seperti ini sering memicu stop-loss ritel sebelum harga kembali ke arah awal.
2. Wick atau Ekor Candle yang Sangat Panjang
Kamu mungkin melihat ekor candle yang menusuk jauh ke bawah atau ke atas tanpa adanya tren kuat sebelumnya. Pola ini mengindikasikan adanya sapuan likuiditas cepat yang menyentuh banyak stop-loss dalam satu gerakan tajam.
3. Lonjakan Volume Mendadak
Saat volume tiba-tiba melonjak tepat sebelum harga berbalik arah, itu bisa menjadi tanda bahwa banyak order stop-loss baru saja tersapu. Lonjakan ini biasanya tidak bertahan lama, tapi cukup untuk menggerakkan harga secara dramatis.
Dengan mengenali tiga ciri dasar ini, kamu bisa lebih waspada ketika pasar menunjukkan gerakan tidak wajar yang berpotensi terkait stop loss hunting.
Kasus Dugaan Manipulasi Binance Oktober 2025
Pada 11 Oktober 2025, pasar kripto mengalami crash besar yang melikuidasi lebih dari US$19,3 miliar hanya dalam 40 menit.
[Image of Daftar Likuidasi Terbesar di Pasar Kripto]
Aset-aset “wrapped” seperti USDe, wBETH, dan BNSOL anjlok drastis hanya di Binance, misalnya USDe turun hingga US$0,65, sementara di bursa lain tetap stabil di sekitar US$0,90. Ketidaksinkronan ini memicu gelombang likuidasi otomatis meskipun harga aset yang sama tidak mengalami penurunan serupa di platform lain.
Melansir laman Coinpedia, situasi ini makin mencurigakan ketika data on-chain menunjukkan lebih dari US$10 miliar masuk ke dompet terkait Binance dalam 24 – 48 jam sebelum crash. Market maker besar seperti Wintermute dan Jump tiba-tiba tidak terlihat di order book sesaat sebelum harga jatuh, sementara akun baru membuka short Bitcoin dan Ethereum senilai US$1,1 miliar tepat sebelum kejatuhan terjadi.
Binance sendiri menyebut ini sebagai “glitch” pada data-feed internal, namun banyak analis menduga crash tersebut terjadi secara terkoordinasi, memanfaatkan celah teknis dan sistem margin platform.
[Image of Penjelasan Binance Soal Kondisi Platform Mereka Pada 11 Oktober 2025]
Kasus ini menjadi pengingat bahwa sentralisasi likuiditas di satu bursa membawa risiko besar. Ketika miliaran dolar bergantung pada satu sistem, gangguan teknis kecil atau aksi manipulatif dapat mengguncang pasar kripto secara keseluruhan.
BACA JUGA: Binance Buka Suara soal Tuduhan Penyebab Ambruknya Pasar Kripto
Cara Menghindari Stop Loss Hunting
Cara menghindari stop loss hunting yang bisa dilakukan pemula adalah dengan mengatur penempatan stop-loss secara lebih cerdas dan menyesuaikannya dengan kondisi pasar. Untuk itu, kamu perlu memahami beberapa strategi penting agar tidak mudah tersapu pergerakan harga yang manipulatif. Melansir laman StockGro, berikut ini adalah penjelasannya:
BACA JUGA: 5 Cara Money Management Trading Crypto untuk Pemula Biar Ga Boncos!
1. Jangan pasang stop-loss terlalu dekat level yang terlalu jelas
Hindari menempatkan stop-loss tepat di bawah support atau di atas resistance karena area ini sering menjadi target pergerakan harga singkat. Beri sedikit jarak sebagai buffer agar stop kamu tidak langsung tersentuh oleh spike kecil.
2. Gunakan stop-loss berbasis volatilitas
Mengukur volatilitas dengan indikator seperti Average True Range (ATR) membantumu menentukan jarak stop-loss yang lebih realistis. Ketika pasar lebih liar, kamu butuh jarak yang sedikit lebih lebar supaya tidak berhenti hanya karena “noise”.
3. Hindari zona likuiditas yang terlalu ramai
Gunakan alat seperti volume profile atau order book untuk melihat area harga yang dipenuhi order. Zona ramai seperti ini sering menjadi incaran harga, jadi hindari menempatkan posisi dan stop-loss tepat di area tersebut.
4. Perhatikan waktu trading
Stop hunting sering muncul saat rilis berita penting atau di jam-jam pasar yang sepi. Hindari membuka posisi menjelang atau setelah data ekonomi besar keluar agar tidak tersapu volatilitas mendadak.
5. Kurangi penggunaan leverage
Leverage tinggi membuat stop-loss lebih mudah tersentuh oleh pergerakan kecil. Dengan leverage yang lebih moderat, kamu memberi ruang bagi harga untuk bernapas tanpa langsung menghentikan posisimu.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kamu bisa lebih siap menghadapi dinamika pasar yang tidak selalu ramah bagi trader pemula.
Apa yang Bisa Kamu Pelajari dari Stop loss hunting di Pasar Kripto?
Stop loss hunting adalah taktik pasar yang memanfaatkan area stop-loss ritel untuk menciptakan lonjakan likuiditas dan pergerakan harga buatan. Fenomena ini memang tidak selalu bisa dihindari, tetapi dengan memahami ciri-cirinya dan menerapkan strategi yang tepat, kamu bisa menempatkan posisi dengan lebih cerdas dan mengurangi risiko tersapu manipulasi.
Kasus dugaan manipulasi Binance 2025 menunjukkan bahwa pasar kripto masih sangat rentan terhadap dinamika likuiditas ekstrem. Karena itu, pahami kondisi pasar, kelola risiko dengan disiplin, dan terus belajar agar perjalanan trading kamu semakin matang.
Untuk berita dan analisis kripto terkini, kunjungi terus Media Nganjuk. Dapatkan informasi mendalam tentang tren pasar, teknologi blockchain, dan strategi investasi kripto yang cerdas. MediaNganjuk.com adalah sumber informasi terpercaya untuk membantu Anda sukses di dunia kripto.
Mau belajar crypto dan blockchain lebih lanjut? Yuk, pelajari selengkapnya hanya di Blockchain Media Indonesia! [msn]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.














