Tribhuwana Tunggadewi, seorang tokoh sentral dalam sejarah Kerajaan Majapahit, bukan hanya dikenal sebagai ratu pertama yang memimpin kerajaan besar ini, tetapi juga sebagai sosok yang revolusioner dalam memberikan peran signifikan kepada perempuan dalam pemerintahan. Kebijakannya membuka jalan bagi perempuan untuk menduduki posisi-posisi penting, sebuah langkah yang terbilang progresif dan berani pada zamannya, di mana norma-norma patriarki masih sangat kuat mengakar dalam masyarakat Jawa. Kepemimpinan Tribhuwana Tunggadewi menandai sebuah era baru di Majapahit, di mana perempuan tidak lagi hanya dipandang sebagai pelengkap, tetapi sebagai individu yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk berkontribusi secara aktif dalam memajukan kerajaan.
Latar Belakang dan Naiknya Tribhuwana Tunggadewi ke Tahta
Tribhuwana Tunggadewi lahir dari rahim Gayatri Rajapatni, salah satu permaisuri dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Ia memiliki garis keturunan yang kuat dan dipersiapkan sejak dini untuk memegang tampuk kepemimpinan. Setelah wafatnya Jayanegara, raja kedua Majapahit, terjadi kekosongan kekuasaan yang memicu berbagai intrik politik. Mengingat putra mahkota belum cukup umur untuk memerintah, Gayatri Rajapatni, atas dasar musyawarah dan mufakat para tokoh penting kerajaan, menunjuk Tribhuwana Tunggadewi sebagai pengganti sementara. Penunjukan ini menjadi titik balik penting dalam sejarah Majapahit, menandai era kepemimpinan seorang perempuan yang akan membawa kerajaan ini menuju puncak kejayaannya.
Also Read
Kepemimpinan yang Visioner dan Inovatif
Tribhuwana Tunggadewi memerintah Majapahit dari tahun 1328 hingga 1350 Masehi. Selama masa pemerintahannya, ia menunjukkan kepemimpinan yang visioner, inovatif, dan berani. Salah satu kebijakan yang paling menonjol adalah memberikan kepercayaan kepada perempuan untuk menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Ia meyakini bahwa perempuan memiliki kemampuan dan potensi yang sama dengan laki-laki untuk memimpin dan mengelola pemerintahan. Keyakinan ini diwujudkannya dengan mengangkat sejumlah perempuan sebagai penguasa daerah-daerah strategis di bawah kekuasaan Majapahit.
Perempuan-Perempuan Penguasa di Bawah Kepemimpinan Tribhuwana Tunggadewi
Prasasti Waringin Pitu menjadi bukti konkret dari kebijakan Tribhuwana Tunggadewi yang memberikan peran penting kepada perempuan. Prasasti ini mencatat bahwa terdapat 14 kerajaan di sembilan daerah yang dipimpin oleh perempuan. Mereka adalah para perempuan tangguh dan cerdas yang dipercaya untuk mengelola wilayah-wilayah penting di Majapahit. Beberapa nama perempuan penguasa yang tercatat dalam prasasti ini antara lain:
- Jayawarddhani Jayeswari: Penguasa wilayah Daha, sebuah wilayah yang memiliki nilai strategis dan ekonomi yang tinggi.
- Dyah Wijayaduhita Wijayendudewi: Penguasa wilayah Jagaraga, sebuah wilayah yang dikenal dengan kekayaan sumber daya alamnya.
- Dyah Wijayakumara Rajasawarddhana: Penguasa wilayah Kahuripan, sebuah wilayah yang memiliki sejarah panjang dan tradisi budaya yang kaya.
- Dyah Suragharini Manggalawarddhani: Penguasa wilayah Tanjungpura, sebuah wilayah yang memiliki potensi maritim yang besar.
Keberadaan para perempuan penguasa ini menunjukkan bahwa Tribhuwana Tunggadewi tidak hanya memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berpartisipasi dalam pemerintahan, tetapi juga memberikan kepercayaan penuh kepada mereka untuk memimpin dan mengambil keputusan penting.
Dampak Positif dari Kebijakan Pemberdayaan Perempuan
Kebijakan Tribhuwana Tunggadewi yang memberdayakan perempuan memiliki dampak positif yang signifikan bagi Kerajaan Majapahit. Pertama, kebijakan ini meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan kerajaan. Dengan terlibat aktif dalam pemerintahan, perempuan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam memajukan Majapahit. Kedua, kebijakan ini menciptakan iklim yang lebih inklusif dan egaliter di dalam masyarakat. Perempuan tidak lagi hanya dipandang sebagai objek, tetapi sebagai subjek yang memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Ketiga, kebijakan ini memperkuat stabilitas politik dan sosial kerajaan. Dengan memberikan peran penting kepada perempuan, Tribhuwana Tunggadewi berhasil meredam potensi konflik dan perpecahan di dalam masyarakat.
Gajah Mada: Mitra Setia dan Mahapatih Legendaris
Selain memberikan peran penting kepada perempuan, Tribhuwana Tunggadewi juga dikenal karena kebijakannya mengangkat Gajah Mada sebagai Mahapatih. Gajah Mada adalah seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah Majapahit. Ia dikenal karena kecerdasannya, keberaniannya, dan kesetiaannya kepada kerajaan. Bersama-sama, Tribhuwana Tunggadewi dan Gajah Mada berhasil membawa Majapahit menuju puncak kejayaannya.
Sumpah Palapa: Ambisi untuk Mempersatukan Nusantara
Salah satu momen penting dalam sejarah Majapahit adalah pengucapan Sumpah Palapa oleh Gajah Mada. Sumpah ini berisi janji Gajah Mada untuk tidak bersenang-senang sebelum berhasil menaklukkan seluruh Nusantara di bawah panji Majapahit. Sumpah Palapa menjadi motivasi utama bagi Gajah Mada untuk melakukan ekspansi wilayah dan memperluas kekuasaan Majapahit. Di bawah kepemimpinan Tribhuwana Tunggadewi dan dengan dukungan penuh dari Gajah Mada, Majapahit berhasil menguasai sebagian besar wilayah Nusantara, bahkan mencapai wilayah Semenanjung Malaya.
Peninggalan dan Warisan Tribhuwana Tunggadewi
Tribhuwana Tunggadewi wafat pada tahun 1350 Masehi. Meskipun masa pemerintahannya relatif singkat, ia meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi Kerajaan Majapahit dan bagi sejarah Indonesia. Kebijakannya yang memberdayakan perempuan menjadi inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya. Ia membuktikan bahwa perempuan memiliki kemampuan dan potensi yang sama dengan laki-laki untuk memimpin dan mengelola pemerintahan. Selain itu, ia juga berhasil membawa Majapahit menuju puncak kejayaannya, menjadikannya sebagai salah satu kerajaan terbesar dan terkuat dalam sejarah Indonesia.
Relevansi Kisah Tribhuwana Tunggadewi di Masa Kini
Kisah Tribhuwana Tunggadewi tetap relevan dan inspiratif hingga saat ini. Di tengah isu kesetaraan gender yang semakin mengemuka, kisah Tribhuwana Tunggadewi mengingatkan kita bahwa perempuan memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Kebijakannya yang memberdayakan perempuan dapat menjadi contoh bagi para pemimpin di masa kini untuk memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan di berbagai bidang. Selain itu, kisah Tribhuwana Tunggadewi juga mengajarkan kita tentang pentingnya kepemimpinan yang visioner, inovatif, dan berani. Ia adalah seorang pemimpin yang tidak takut untuk mengambil risiko dan membuat perubahan demi kemajuan bangsa.
Kesimpulan
Tribhuwana Tunggadewi adalah seorang ratu yang luar biasa dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Kebijakannya yang memberdayakan perempuan dan mengangkat Gajah Mada sebagai Mahapatih telah membawa Majapahit menuju puncak kejayaannya. Kisahnya tetap relevan dan inspiratif hingga saat ini, mengingatkan kita tentang pentingnya kesetaraan gender dan kepemimpinan yang visioner. Tribhuwana Tunggadewi adalah bukti nyata bahwa perempuan dapat menjadi pemimpin yang hebat dan membawa perubahan positif bagi bangsa dan negara. Ia adalah simbol keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan yang patut diteladani oleh generasi-generasi penerus bangsa. Warisannya akan terus hidup dan menginspirasi perempuan Indonesia untuk meraih cita-cita dan memberikan kontribusi terbaik bagi kemajuan bangsa.















