Koreksi pasar kripto yang terjadi pada Oktober-November 2025 menjadi momen krusial untuk menguji ketahanan berbagai aset digital. Di tengah gempuran tekanan jual yang menghantam Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), sang altcoin raksasa, justru menunjukkan performa yang mengejutkan. Data on-chain dari XWIN Research Japan yang dianalisis oleh CryptoQuant mengungkap fakta menarik: ETH mampu bertahan lebih baik dari ekspektasi, bahkan di saat BTC terpuruk. Analisis ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika pasar dan struktur pasokan ETH yang unik.
ETH Tahan Banting Saat BTC Mengalami Turbulensi
Laporan dari XWIN Research Japan dengan gamblang menunjukkan bahwa baik BTC maupun ETH sama-sama mengalami penurunan signifikan selama periode tersebut. Namun, perbandingan kinerja keduanya, setelah diindeks ke level 100 pada 1 Oktober 2025, menghasilkan perbedaan yang mencolok. BTC merosot ke kisaran 70-an, sementara ETH hanya turun ke kisaran 60-an atas.
Also Read
Secara historis, koreksi BTC sebesar 30 persen seringkali diikuti oleh kejatuhan ETH yang lebih dalam, mencapai 40-50 persen. Namun, kali ini, selisih penurunan tersebut jauh lebih kecil, mengindikasikan adanya faktor-faktor yang membuat ETH lebih resilien.
Analis berpendapat bahwa ketahanan ETH ini disebabkan oleh perubahan signifikan dalam struktur pasokannya sejak peristiwa The Merge. The Merge, yang merupakan transisi Ethereum dari mekanisme konsensus Proof-of-Work (PoW) ke Proof-of-Stake (PoS), membawa dampak transformatif pada ekonomi token ETH.
Staking dan EIP-1559: Kunci Kekuatan ETH
Dua faktor utama yang berperan dalam memperkuat ketahanan ETH adalah staking dan mekanisme EIP-1559. Staking memungkinkan pemegang ETH untuk mengunci aset mereka dalam jaringan dan mendapatkan imbalan sebagai validator. Hal ini secara efektif mengurangi jumlah ETH yang beredar dan siap dijual di pasar.
Di sisi lain, EIP-1559 adalah mekanisme pembakaran (burn) sebagian dari biaya transaksi ETH. Ketika aktivitas jaringan meningkat, lebih banyak ETH yang dibakar, sehingga mengurangi total pasokan ETH dari waktu ke waktu. Kombinasi antara staking yang mengunci pasokan dan EIP-1559 yang membakar pasokan menciptakan kelangkaan buatan yang mendukung harga ETH.
Data menunjukkan bahwa Bitcoin mengalami lonjakan likuidasi yang signifikan pada 21 November 2025, menandai volume jual tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Peristiwa ini dianggap sebagai momen kapitulasi besar bagi BTC. Namun, ETH tidak mengalami pola serupa. Peningkatan volume jual ETH jauh lebih moderat dan terkendali, menunjukkan bahwa tekanan jual terhadap ETH lebih rendah dibandingkan dengan BTC.
"Koreksi kali ini jelas dipimpin BTC, sementara tekanan terhadap ETH tertahan oleh ketatnya suplai yang bisa dijual," ungkap XWIN Research Japan dalam laporannya. Pernyataan ini menggarisbawahi peran penting struktur pasokan ETH dalam meredam dampak negatif dari koreksi pasar.
Valuasi Pasar dan Sinyal Pemulihan
Data on-chain untuk valuasi pasar juga memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kondisi pasar kripto saat itu. MVRV (Market Value to Realized Value) Bitcoin turun dari kisaran 2,5 pada awal tahun menjadi sekitar 1,5 selama koreksi November. Secara historis, zona 1,5-1,7 seringkali menandai fase reset pertengahan siklus, bukan akhir dari sebuah siklus besar.
Artinya, penurunan harga BTC yang terlihat agresif tidak mencerminkan kerusakan fundamental, melainkan kompresi valuasi di tengah tekanan eksternal seperti arus keluar ETF (Exchange-Traded Fund) dan pelepasan leverage. Hal ini menunjukkan bahwa pasar BTC masih memiliki potensi untuk pulih dan melanjutkan tren bullishnya.
Implikasi Struktural dan Prospek ETH ke Depan
Laporan ini menekankan bahwa performa ETH selama periode koreksi bukan semata-mata akibat sentimen pasar, melainkan didorong oleh perubahan struktur pasokan yang semakin ketat. Dengan staking yang terus bertambah dan mekanisme burn yang aktif, tekanan jual terhadap ETH cenderung lebih terkendali dibandingkan periode koreksi besar sebelumnya. ETH memang ikut turun, tetapi tidak mengalami kejatuhan ekstrem sebagaimana lazimnya ketika pasar kripto memasuki fase risk-off.
Pergerakan ini menunjukkan bahwa meskipun BTC masih menjadi penggerak utama arah pasar, ETH telah memasuki fase dinamika baru yang membuatnya lebih tahan terhadap tekanan pendek. Struktur pasokan ETH yang makin efisien juga mengurangi volatilitas jangka pendek, sekaligus memperkecil risiko kepanikan massal saat terjadi penurunan besar pada BTC.
Adapun prospek ke depan masih sangat bergantung pada dua variabel utama. Pertama, apakah MVRV Bitcoin dapat pulih dari zona reset siklus menengah. Pemulihan tersebut akan menjadi sinyal bahwa tekanan jual ekstrem telah mereda. Kedua, apakah dinamika staking dan burn pada ETH tetap menjaga pasokan agar tetap ketat sepanjang fase volatilitas pasar.
Jika kedua faktor tersebut berjalan stabil, analis memprediksi bahwa ETH dapat terus mempertahankan ketahanannya, bahkan saat BTC kembali mengalami gejolak baru. XWIN Research Japan menegaskan bahwa mengombinasikan analisis harga dengan data on-chain menjadi langkah penting untuk membedakan apakah sebuah penurunan merupakan gejala perubahan struktural atau hanya stres sementara.
Analisis Mendalam: Data On-Chain Ungkap Kekuatan Tersembunyi ETH
Artikel ini tidak hanya mengulang fakta yang sudah ada, tetapi juga menggali lebih dalam implikasi dari data on-chain yang diungkapkan oleh XWIN Research Japan. Berikut adalah beberapa poin analisis yang lebih mendalam:
-
Diversifikasi Portofolio Kripto: Ketahanan ETH di tengah volatilitas BTC menunjukkan pentingnya diversifikasi portofolio kripto. Investor yang hanya berfokus pada BTC mungkin melewatkan peluang untuk mendapatkan perlindungan dari aset yang lebih resilien seperti ETH.
-
Dampak The Merge: Artikel ini menggarisbawahi dampak transformatif The Merge pada ekonomi token ETH. Transisi ke PoS tidak hanya meningkatkan efisiensi energi jaringan Ethereum, tetapi juga menciptakan dinamika pasokan yang unik yang mendukung harga ETH.
-
Peran Staking dan EIP-1559: Artikel ini menjelaskan secara rinci bagaimana staking dan EIP-1559 berkontribusi pada kelangkaan buatan ETH. Kelangkaan ini menjadi faktor penting dalam menjaga harga ETH tetap stabil di tengah tekanan jual.
-
Indikator MVRV: Artikel ini menjelaskan bagaimana indikator MVRV dapat digunakan untuk mengidentifikasi fase siklus pasar dan memprediksi potensi pemulihan harga.
-
Pentingnya Analisis On-Chain: Artikel ini menekankan pentingnya analisis on-chain dalam memahami dinamika pasar kripto. Data on-chain memberikan wawasan yang lebih mendalam daripada sekadar analisis harga.
Kesimpulan: ETH Semakin Kokoh di Tengah Turbulensi Pasar
Data terbaru ini mengonfirmasi bahwa ETH kini berada dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan periode koreksi sebelumnya. Meskipun pasar kripto masih rawan tekanan eksternal, Ethereum menunjukkan kemampuan adaptasi struktural yang membuatnya tetap menjadi salah satu aset yang paling tangguh di tengah turbulensi pasar global.
Ketahanan ETH bukan hanya sekadar keberuntungan, tetapi merupakan hasil dari evolusi jaringan yang berkelanjutan dan penerapan mekanisme ekonomi token yang cerdas. Dengan pasokan yang semakin terbatas dan utilitas yang terus berkembang, ETH memiliki potensi untuk terus menjadi pemain kunci dalam ekosistem kripto di masa depan.
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan nasihat keuangan. Investasi kripto memiliki risiko yang tinggi dan Anda dapat kehilangan seluruh modal Anda. Lakukan riset sendiri sebelum membuat keputusan investasi.
Informasi Tambahan:
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pasar kripto dan perkembangan ETH, Anda dapat mengunjungi MediaNganjuk.com, sumber terpercaya untuk berita dan analisis kripto. Di sana, Anda akan menemukan artikel-artikel mendalam, panduan investasi, dan ulasan tentang berbagai proyek kripto. Tetaplah terinformasi dan buat keputusan investasi yang cerdas. [st]














