Jake Paul, seorang YouTuber yang beralih menjadi petinju, menyatakan keyakinannya bahwa ia akan mengakhiri karier Anthony Joshua, mantan juara kelas berat. Pernyataan ini memicu reaksi keras dari promotor tinju Eddie Hearn, yang menganggap klaim Paul sebagai sesuatu yang "aneh." Paul berargumen bahwa daya tahan pukulan Joshua telah menurun drastis, dan ia yakin dapat meniru hasil pertarungan terakhir Joshua saat ia dipermalukan oleh Daniel Dubois. Keyakinan diri Paul yang tinggi ini, meskipun pengalamannya yang relatif terbatas di dunia tinju profesional, telah memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar dan analis tinju.
Eddie Hearn, yang telah mempromosikan Joshua sejak awal kariernya, merasa sulit untuk menerima klaim Paul. Hearn telah membangun Joshua dari nol, melalui sistem matchmaking yang cermat dan strategis, menjadikannya salah satu bintang terbesar dalam olahraga ini. Bagi Hearn, Joshua bukan hanya seorang petinju, tetapi juga anak kesayangannya, seorang petarung yang telah ia ubah menjadi ikon global. Kesuksesan Joshua juga berkontribusi besar pada pertumbuhan Matchroom, perusahaan promosi yang dipimpin Hearn, menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Hearn menganggap bahwa klaim Paul yang meremehkan Joshua adalah tidak berdasar dan tidak menghormati pencapaian Joshua selama bertahun-tahun. Ia menekankan bahwa Paul, yang masih tergolong pemula dalam tinju profesional, tidak memiliki kredibilitas untuk mengomentari karier seorang petinju sekaliber Joshua. Hearn juga menyoroti bahwa Joshua telah menghadapi lawan-lawan yang jauh lebih tangguh dan berpengalaman daripada yang pernah dihadapi Paul.
Also Read
Namun, di balik pembelaan Hearn terhadap Joshua, terdapat pula pengakuan tersirat bahwa petinjunya mungkin sudah melewati masa jayanya. Hearn mengakui bahwa Joshua tidak lagi mampu menerima pukulan keras tanpa terjatuh, sebuah fakta yang menjadi perhatian utama bagi seorang petinju kelas berat. Selain itu, Hearn juga mengakui bahwa Joshua belum mengalahkan lawan yang benar-benar berkualitas dalam tujuh tahun terakhir, sejak kemenangannya atas Joseph Parker pada tahun 2018.
Kemenangan atas Parker sendiri diwarnai kontroversi, dengan banyak pihak menilai bahwa wasit Giuseppe Quartarone melakukan intervensi yang tidak semestinya, tidak mengizinkan Parker untuk mendekati Joshua. Beberapa pengamat bahkan menyebut pertarungan tersebut sebagai "pertarungan teraneh" yang pernah mereka saksikan. Jika kemenangan atas Parker diabaikan, kemenangan berkualitas terakhir Joshua adalah melawan Wladimir Klitschko yang berusia 40 tahun pada tahun 2017. Meskipun Klitschko sudah tua dan tidak lagi didampingi pelatih legendarisnya, Emanuel Steward, ia masih mampu mendominasi Joshua untuk sebagian besar pertarungan tersebut.
Pernyataan Jake Paul ini datang pada saat yang sensitif bagi karier Anthony Joshua. Setelah mengalami kekalahan beruntun dari Oleksandr Usyk, Joshua berjuang untuk kembali ke performa terbaiknya. Meskipun ia telah meraih beberapa kemenangan dalam pertarungan terakhirnya, ia belum benar-benar meyakinkan para penggemar dan kritikus bahwa ia masih mampu bersaing di level elit kelas berat.
Keyakinan Jake Paul bahwa ia dapat mengalahkan Anthony Joshua didasarkan pada beberapa faktor. Pertama, ia percaya bahwa daya tahan pukulan Joshua telah menurun, membuatnya rentan terhadap KO. Kedua, ia yakin bahwa gaya bertarungnya akan menyulitkan Joshua, yang cenderung kesulitan menghadapi petinju yang agresif dan suka menekan. Ketiga, ia merasa bahwa ia memiliki keuntungan psikologis, karena Joshua mungkin meremehkannya sebagai seorang YouTuber yang beralih menjadi petinju.
Meskipun klaim Jake Paul mungkin terdengar arogan dan tidak realistis bagi sebagian orang, tidak dapat disangkal bahwa ia memiliki kekuatan pukulan yang signifikan. Beberapa lawan Paul sebelumnya telah mengakui bahwa ia memiliki pukulan yang keras dan mengejutkan. Jika Paul mampu mendaratkan pukulan telak pada Joshua, bukan tidak mungkin ia dapat mengakhiri pertarungan tersebut dengan KO.
Namun, pengalaman dan keterampilan Joshua jauh melampaui Paul. Joshua telah menghadapi beberapa petinju terbaik di dunia, dan ia memiliki kemampuan teknis dan taktis yang jauh lebih unggul daripada Paul. Selain itu, Joshua memiliki keunggulan dalam hal ukuran dan jangkauan, yang dapat ia manfaatkan untuk menjaga jarak dari Paul dan mengendalikan pertarungan.
Pertarungan antara Jake Paul dan Anthony Joshua, jika terwujud, akan menjadi tontonan yang menarik dan kontroversial. Banyak penggemar tinju akan tertarik untuk melihat apakah Paul benar-benar mampu mengalahkan Joshua, atau apakah Joshua akan membuktikan bahwa klaim Paul hanyalah omong kosong belaka. Pertarungan ini juga akan menjadi ujian besar bagi karier Paul, karena kemenangan atas Joshua akan meningkatkan kredibilitasnya secara signifikan di dunia tinju.
Terlepas dari hasilnya, pernyataan Jake Paul telah berhasil memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar dan analis tinju. Banyak yang percaya bahwa Paul hanya mencari perhatian dan mencoba untuk mendapatkan publisitas dengan mengklaim bahwa ia dapat mengalahkan Joshua. Namun, ada juga yang percaya bahwa Paul memiliki keyakinan yang tulus pada kemampuannya dan bahwa ia bersedia untuk membuktikan dirinya di atas ring.
Eddie Hearn, yang sangat protektif terhadap Joshua, merasa geram dengan klaim Paul. Bagi Hearn, Paul hanyalah seorang YouTuber yang mencoba untuk mencari sensasi dengan mengusik petinjunya. Hearn menganggap bahwa kredensial Paul terlalu dangkal untuk dianggap sebagai ancaman bagi Joshua. Namun, Hearn juga mengakui bahwa kekuatan pukulan Paul menjadikannya lawan yang berisiko.
Hearn menyadari bahwa pertarungan antara Joshua dan Paul akan menarik banyak perhatian dan menghasilkan banyak uang. Namun, ia enggan untuk mempertaruhkan reputasi Joshua dengan melawankan ia dengan seorang petinju yang dianggap tidak sepadan. Hearn lebih memilih untuk fokus pada pertarungan yang lebih signifikan dan menantang bagi Joshua, yang dapat membantunya untuk kembali ke puncak kelas berat.
Meskipun Hearn mungkin tidak tertarik untuk melawankan Joshua dengan Paul, tidak dapat disangkal bahwa pertarungan tersebut akan menjadi daya tarik yang besar bagi para penggemar tinju. Pertarungan antara seorang YouTuber yang beralih menjadi petinju dan seorang mantan juara dunia kelas berat akan menjadi tontonan yang unik dan menarik. Banyak penggemar akan tertarik untuk melihat apakah Paul benar-benar mampu mengalahkan Joshua, atau apakah Joshua akan membuktikan bahwa klaim Paul hanyalah omong kosong belaka.
Pada akhirnya, keputusan apakah akan melawankan Joshua dengan Paul atau tidak berada di tangan Hearn dan tim manajemen Joshua. Namun, satu hal yang pasti: pernyataan Jake Paul telah berhasil memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar dan analis tinju, dan telah menempatkan Anthony Joshua di bawah tekanan yang lebih besar untuk membuktikan dirinya di atas ring.
Kisah ini bukan hanya tentang potensi pertarungan, tetapi juga tentang dinamika kekuatan dalam tinju modern, di mana selebriti media sosial dapat menantang hierarki tradisional dan memicu percakapan tentang masa depan olahraga ini. Apakah Jake Paul benar-benar dapat mengakhiri karier Anthony Joshua masih harus dilihat, tetapi dampaknya pada dunia tinju sudah terasa.











