Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam pada akhir sesi pertama perdagangan hari ini, mencerminkan sentimen pasar yang sangat negatif. Indeks saham terkoreksi signifikan sebesar 243,38 poin, atau setara dengan 2,94%, sehingga mencapai level 8.028,34. Penurunan ini menandai koreksi yang substansial dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.
Menurut data yang dirilis oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Senin, 27 Oktober 2025, IHSG sempat dibuka pada level 8.322,22 dan bahkan sempat mencatatkan rekor tertinggi baru di angka 8.355. Namun, momentum positif ini tidak bertahan lama, dan indeks dengan cepat berbalik arah, memasuki tren penurunan yang curam.
Total nilai transaksi yang tercatat selama sesi pertama mencapai Rp17,77 triliun, dengan volume perdagangan mencapai 23,56 miliar lembar saham. Aktivitas perdagangan ini melibatkan 1,91 juta kali transaksi, menunjukkan tingkat partisipasi pasar yang tinggi meskipun sentimennya negatif. Secara keseluruhan, terdapat 573 saham yang mengalami penurunan harga, sementara hanya 164 saham yang berhasil mencatatkan kenaikan. Sebanyak 219 saham lainnya stagnan, tidak mengalami perubahan harga.
Also Read
Secara sektoral, mayoritas sektor mengalami tekanan jual yang signifikan. Sektor energi menjadi pemimpin pelemahan dengan penurunan sebesar 4,45%. Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor, termasuk penurunan harga komoditas energi global, kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global, dan sentimen negatif terhadap kebijakan energi domestik.
Sektor properti juga mengalami penurunan yang tajam, terkoreksi sebesar 4,53%. Penurunan ini dapat dikaitkan dengan kekhawatiran terhadap suku bunga yang lebih tinggi, yang dapat berdampak negatif pada permintaan properti dan kemampuan pengembang untuk membiayai proyek baru. Selain itu, sentimen pasar secara keseluruhan yang negatif juga berkontribusi pada penurunan sektor properti.
Sektor infrastruktur juga mengalami tekanan jual, dengan penurunan sebesar 3,05%. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh kekhawatiran terhadap kemampuan pemerintah untuk melanjutkan proyek infrastruktur di tengah kondisi ekonomi yang menantang. Selain itu, perubahan regulasi dan kebijakan juga dapat mempengaruhi sentimen terhadap sektor infrastruktur.
Sektor bahan baku dan transportasi juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,65% dan 2,39%. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global dan dampaknya terhadap permintaan bahan baku dan layanan transportasi.
Penurunan meluas juga terlihat pada indeks sektoral lainnya, termasuk sektor keuangan, konsumer, dan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa sentimen negatif pasar telah menyebar luas ke berbagai sektor ekonomi.
Dari indeks utama, LQ45, yang merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dan likuiditas tertinggi, turun 1,24% ke level 817,87. Penurunan ini menunjukkan bahwa saham-saham blue-chip juga tidak kebal terhadap sentimen negatif pasar. ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) juga terkoreksi signifikan sebesar 3,18% ke level 281,12, menunjukkan bahwa saham-saham syariah juga mengalami tekanan jual.
Penurunan tajam IHSG pada sesi pertama perdagangan hari ini menimbulkan pertanyaan tentang faktor-faktor yang mendorong sentimen negatif pasar. Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi meliputi:
-
Kekhawatiran terhadap Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global: Pertumbuhan ekonomi global telah melambat dalam beberapa bulan terakhir, dan ada kekhawatiran bahwa perlambatan ini dapat berlanjut. Ketidakpastian geopolitik, perang dagang, dan kenaikan suku bunga oleh bank sentral di seluruh dunia telah berkontribusi pada kekhawatiran ini.
-
Kenaikan Suku Bunga: Bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga dalam upaya untuk memerangi inflasi. Kenaikan suku bunga dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan pasar saham. Suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan dan konsumen, yang dapat mengurangi investasi dan pengeluaran.
-
Inflasi yang Tinggi: Inflasi tetap tinggi di banyak negara, yang menekan daya beli konsumen dan profitabilitas perusahaan. Inflasi yang tinggi dapat memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, yang dapat semakin memperlambat pertumbuhan ekonomi.
-
Ketidakpastian Geopolitik: Ketidakpastian geopolitik, seperti perang di Ukraina dan ketegangan antara Amerika Serikat dan China, telah menciptakan ketidakpastian di pasar global. Ketidakpastian ini dapat menyebabkan investor menjadi lebih berhati-hati dan mengurangi investasi mereka di pasar saham.
-
Faktor Domestik: Selain faktor global, ada juga faktor domestik yang dapat mempengaruhi sentimen pasar saham Indonesia. Faktor-faktor ini meliputi kebijakan pemerintah, kinerja perusahaan, dan sentimen investor lokal.
Penurunan tajam IHSG pada sesi pertama perdagangan hari ini merupakan pengingat bahwa pasar saham dapat menjadi fluktuatif dan bahwa investor harus selalu berhati-hati. Investor harus memiliki strategi investasi jangka panjang dan tidak membuat keputusan berdasarkan emosi. Penting untuk melakukan riset yang cermat sebelum berinvestasi dalam saham apa pun dan untuk mendiversifikasi portofolio investasi untuk mengurangi risiko.
Meskipun penurunan tajam IHSG pada hari ini mengkhawatirkan, penting untuk diingat bahwa pasar saham cenderung pulih dari waktu ke waktu. Investor yang tetap tenang dan berpegang pada strategi investasi jangka panjang mereka cenderung mendapatkan hasil yang lebih baik dalam jangka panjang.
Media Nganjuk akan terus memantau perkembangan pasar saham dan memberikan informasi terbaru kepada pembaca. Kami juga akan memberikan analisis dan wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasar saham dan membantu investor membuat keputusan investasi yang tepat.














