Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada penutupan perdagangan hari Senin, 27 Oktober 2025. Data menunjukkan bahwa indeks saham anjlok sebesar 1,87% atau setara dengan 154,57 poin, berakhir pada level 8.117,15. Pergerakan ini mencerminkan sentimen negatif yang mendominasi pasar saham sepanjang hari.
Perjalanan IHSG pada hari tersebut diwarnai dengan fluktuasi yang cukup tajam. Indeks sempat menembus area psikologis 8.000, bahkan menyentuh titik terendah di 7.959,17 sebelum akhirnya sedikit pulih menjelang penutupan. Namun, upaya rebound tersebut tidak cukup kuat untuk mengembalikan IHSG ke zona positif.
Penurunan IHSG ini juga tercermin dari nilai transaksi yang tercatat. Total nilai transaksi mencapai Rp28,86 triliun, dengan volume perdagangan sebanyak 38,15 miliar saham dan frekuensi transaksi mencapai 2,85 juta kali. Data ini mengindikasikan adanya aktivitas perdagangan yang cukup tinggi, meskipun didominasi oleh aksi jual.
Also Read
Secara keseluruhan, sentimen pasar cenderung negatif, dengan jumlah saham yang mengalami penurunan jauh lebih banyak dibandingkan dengan saham yang mengalami kenaikan. Tercatat sebanyak 506 saham mengalami penurunan harga, sementara hanya 234 saham yang berhasil mencatatkan kenaikan. Sementara itu, 216 saham lainnya stagnan atau tidak mengalami perubahan harga.
Penurunan IHSG juga berdampak pada kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI). Market cap BEI tercatat mengalami penurunan sebesar Rp358 triliun, menyusut dari Rp15.234 triliun pada akhir perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025, menjadi Rp14.876 triliun pada penutupan Senin. Penurunan ini mencerminkan hilangnya nilai investasi akibat penurunan harga saham.
Tekanan jual tidak hanya terjadi pada beberapa sektor tertentu, tetapi meluas hampir di seluruh sektor utama yang terdaftar di BEI. Sektor energi menjadi kontributor utama penurunan IHSG, dengan koreksi mencapai 3,71%. Penurunan ini kemungkinan dipicu oleh sentimen negatif terkait harga komoditas energi global atau kebijakan pemerintah terkait sektor energi.
Selain sektor energi, sektor properti juga mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 3,48%. Penurunan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi, kenaikan suku bunga, atau perubahan regulasi terkait sektor properti. Sektor industri dasar juga tidak luput dari tekanan jual, dengan penurunan sebesar 1,31%.
Sektor keuangan dan infrastruktur juga turut menyumbang penurunan IHSG, masing-masing terkoreksi sebesar 1,68% dan 1,80%. Penurunan pada sektor keuangan dapat dipengaruhi oleh sentimen negatif terkait kinerja perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Sementara itu, penurunan pada sektor infrastruktur bisa disebabkan oleh kekhawatiran terhadap kelanjutan proyek-proyek infrastruktur atau perubahan kebijakan pemerintah terkait sektor ini.
Dari 11 sektor utama yang terdaftar di BEI, hanya sektor kesehatan yang berhasil mencatatkan kenaikan, yaitu sebesar 1,05%. Kenaikan ini kemungkinan didorong oleh peningkatan permintaan terhadap produk dan layanan kesehatan, terutama di tengah kondisi pandemi atau peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
Secara keseluruhan, penurunan IHSG pada hari Senin, 27 Oktober 2025, mencerminkan sentimen negatif yang mendominasi pasar saham. Tekanan jual meluas hampir di seluruh sektor, dengan sektor energi dan properti menjadi kontributor utama penurunan. Investor perlu mencermati perkembangan pasar dan faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG sebelum mengambil keputusan investasi.
Analisis Mendalam Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penurunan IHSG
Untuk memahami secara komprehensif penyebab penurunan IHSG, perlu dilakukan analisis mendalam terhadap berbagai faktor yang memengaruhi sentimen pasar dan pergerakan harga saham. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain:
-
Faktor Eksternal:
- Kondisi Ekonomi Global: Pertumbuhan ekonomi global yang melambat, ketegangan geopolitik, dan kebijakan moneter negara-negara maju dapat memengaruhi sentimen investor dan pergerakan pasar saham di Indonesia.
- Harga Komoditas: Fluktuasi harga komoditas, terutama harga minyak dan batu bara, dapat berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan-perusahaan di sektor energi dan pertambangan, yang pada gilirannya memengaruhi IHSG.
- Nilai Tukar Rupiah: Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat memicu kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi dan meningkatkan risiko investasi di pasar saham.
-
Faktor Internal:
- Kondisi Ekonomi Domestik: Pertumbuhan ekonomi Indonesia, tingkat inflasi, suku bunga, dan kebijakan fiskal pemerintah dapat memengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan dan sentimen investor di pasar saham.
- Kinerja Emiten: Laporan keuangan emiten, prospek pertumbuhan perusahaan, dan kebijakan dividen dapat memengaruhi harga saham dan daya tarik investasi.
- Sentimen Investor: Persepsi investor terhadap risiko dan peluang investasi, serta ekspektasi terhadap kinerja pasar saham di masa depan, dapat memengaruhi keputusan investasi dan pergerakan harga saham.
-
Faktor Teknis:
- Analisis Teknikal: Indikator teknikal seperti moving average, relative strength index (RSI), dan stochastic oscillator dapat memberikan informasi tentang tren pasar, level support dan resistance, serta potensi sinyal beli atau jual.
- Volume Perdagangan: Volume perdagangan yang tinggi menunjukkan adanya minat yang besar dari investor, baik untuk membeli maupun menjual saham.
- Pola Grafik: Pola grafik seperti head and shoulders, double top, dan double bottom dapat memberikan petunjuk tentang potensi perubahan tren pasar.
Strategi Investasi di Tengah Kondisi Pasar yang Volatil
Di tengah kondisi pasar yang volatil dan penuh ketidakpastian, investor perlu menerapkan strategi investasi yang hati-hati dan terukur. Beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan antara lain:
- Diversifikasi Portofolio: Sebarkan investasi ke berbagai sektor dan jenis aset untuk mengurangi risiko.
- Investasi Jangka Panjang: Fokus pada investasi jangka panjang dan hindari spekulasi jangka pendek.
- Pilih Saham dengan Fundamental Kuat: Pilih saham perusahaan dengan fundamental yang kuat, seperti pertumbuhan pendapatan yang stabil, margin keuntungan yang tinggi, dan neraca keuangan yang sehat.
- Manfaatkan Koreksi Pasar: Beli saham saat harga sedang turun (buy on dips) untuk mendapatkan harga yang lebih murah.
- Tetapkan Target dan Stop Loss: Tetapkan target keuntungan dan batasan kerugian (stop loss) untuk mengelola risiko.
- Pantau Pasar Secara Berkala: Pantau perkembangan pasar dan faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan harga saham secara berkala.
- Konsultasi dengan Penasihat Keuangan: Konsultasikan dengan penasihat keuangan untuk mendapatkan saran investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi Anda.
Prospek IHSG ke Depan
Meskipun IHSG mengalami penurunan pada hari Senin, 27 Oktober 2025, prospek IHSG ke depan masih bergantung pada berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi global dan domestik, kinerja emiten, dan sentimen investor. Jika kondisi ekonomi global dan domestik membaik, kinerja emiten meningkat, dan sentimen investor positif, maka IHSG berpotensi untuk kembali menguat.
Namun, jika kondisi ekonomi global dan domestik memburuk, kinerja emiten menurun, dan sentimen investor negatif, maka IHSG berpotensi untuk melanjutkan penurunan. Oleh karena itu, investor perlu terus memantau perkembangan pasar dan faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG sebelum mengambil keputusan investasi.
Kesimpulan
Penurunan IHSG pada hari Senin, 27 Oktober 2025, merupakan cerminan dari sentimen negatif yang mendominasi pasar saham. Tekanan jual meluas hampir di seluruh sektor, dengan sektor energi dan properti menjadi kontributor utama penurunan. Investor perlu mencermati perkembangan pasar dan faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG sebelum mengambil keputusan investasi.
Di tengah kondisi pasar yang volatil, investor perlu menerapkan strategi investasi yang hati-hati dan terukur, seperti diversifikasi portofolio, investasi jangka panjang, pemilihan saham dengan fundamental kuat, dan penetapan target dan stop loss. Prospek IHSG ke depan masih bergantung pada berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi global dan domestik, kinerja emiten, dan sentimen investor.
Media Nganjuk akan terus memberikan informasi dan analisis terkini mengenai perkembangan pasar modal Indonesia untuk membantu investor dalam mengambil keputusan investasi yang tepat.














