
Permaisuri Wu Zetian, seorang tokoh yang namanya terukir dalam sejarah Tiongkok sebagai satu-satunya wanita yang berhasil menduduki takhta kekaisaran, seringkali menjadi subjek perdebatan dan kekaguman. Di balik kekuasaannya yang absolut dan pengaruhnya yang mendalam, tersembunyi sebuah kisah tentang ambisi, intrik, dan ketahanan yang luar biasa. Lebih dari itu, warisannya yang monumental juga tercermin dalam kekayaan yang ia kumpulkan, yang diperkirakan mencapai angka fantastis, menjadikannya wanita terkaya sepanjang sejarah manusia. Media Nganjuk akan mengupas tuntas kisah hidup, kekuasaan, dan kekayaan Permaisuri Wu Zetian, mengungkap bagaimana seorang selir rendahan mampu mendaki tangga kekuasaan dan mengumpulkan kekayaan yang tak tertandingi.
Lahir pada tahun 624 Masehi, Wu Zetian berasal dari keluarga bangsawan yang relatif sederhana. Ayahnya, Wu Shihuo, adalah seorang pejabat tinggi di bawah pemerintahan Dinasti Tang. Meskipun bukan berasal dari garis keturunan kekaisaran, Wu Zetian memiliki kecerdasan dan ambisi yang luar biasa. Pada usia 14 tahun, ia terpilih menjadi salah satu selir Kaisar Taizong, seorang penguasa yang dikenal bijaksana dan cakap. Namun, di istana yang penuh intrik dan persaingan, Wu Zetian harus berjuang keras untuk mendapatkan perhatian kaisar dan meningkatkan statusnya.
Setelah kematian Kaisar Taizong, Wu Zetian seharusnya pensiun ke biara Buddha, sesuai dengan tradisi bagi para selir yang tidak memiliki anak dari kaisar yang meninggal. Namun, takdir berkata lain. Wu Zetian berhasil menjalin hubungan dengan putra Taizong, Kaisar Gaozong, yang kemudian membawanya kembali ke istana sebagai selirnya. Dengan kecerdasan dan pesonanya, Wu Zetian dengan cepat mendapatkan kepercayaan Kaisar Gaozong dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di istana.
Also Read
Namun, ambisi Wu Zetian tidak berhenti di situ. Ia bercita-cita untuk menjadi lebih dari sekadar selir. Dengan licik dan kejam, ia menyingkirkan para pesaingnya, termasuk Permaisuri Wang, istri sah Kaisar Gaozong. Setelah Permaisuri Wang disingkirkan, Wu Zetian berhasil menduduki posisinya sebagai permaisuri. Sejak saat itu, kekuasaan Wu Zetian semakin tak terbendung. Ia mulai ikut campur dalam urusan pemerintahan dan secara bertahap mengambil alih kendali atas negara.
Setelah Kaisar Gaozong meninggal pada tahun 683 Masehi, Wu Zetian menjadi wali bagi putra-putranya yang masih muda. Namun, ia tidak berniat untuk menyerahkan kekuasaan kepada mereka. Pada tahun 690 Masehi, Wu Zetian secara resmi menyatakan dirinya sebagai kaisar, mendirikan Dinasti Zhou yang baru. Ia menjadi satu-satunya wanita dalam sejarah Tiongkok yang berhasil menduduki takhta kekaisaran dengan haknya sendiri.
Sebagai seorang kaisar, Wu Zetian menunjukkan kemampuan memerintah yang luar biasa. Ia menerapkan berbagai kebijakan yang bertujuan untuk memperkuat negara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ia mempromosikan pertanian, perdagangan, dan pendidikan. Ia juga merekrut orang-orang berbakat dari berbagai lapisan masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan penting di pemerintahan.
Selama masa pemerintahannya, Tiongkok mengalami kemajuan ekonomi dan budaya yang signifikan. Perdagangan dengan negara-negara asing berkembang pesat, terutama melalui Jalur Sutra. Seni, sastra, dan filsafat juga mengalami perkembangan yang pesat. Wu Zetian juga dikenal sebagai seorang pelindung agama Buddha. Ia membangun banyak kuil dan biara Buddha, serta mendukung penyebaran ajaran Buddha di seluruh negeri.
Namun, kekuasaan Wu Zetian juga diwarnai dengan kekejaman dan intrik. Ia tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk menyingkirkan para penentangnya. Ia menciptakan jaringan mata-mata yang luas untuk mengawasi gerak-gerik para pejabat dan bangsawan. Ia juga memberlakukan undang-undang yang ketat untuk menekan kebebasan berbicara dan berekspresi.
Meskipun demikian, Wu Zetian tetap diakui sebagai salah satu penguasa paling berpengaruh dalam sejarah Tiongkok. Ia berhasil mempertahankan kekuasaannya selama lebih dari 15 tahun, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan ancaman. Ia juga berhasil membawa Tiongkok menuju masa keemasan, dengan kemajuan ekonomi, budaya, dan militer yang signifikan.
Selain kekuasaan dan pengaruhnya yang besar, Wu Zetian juga dikenal karena kekayaannya yang luar biasa. Sebagai seorang kaisar, ia memiliki akses tak terbatas ke sumber daya negara. Ia mengumpulkan kekayaan melalui pajak, perdagangan, dan rampasan perang. Kekayaannya diperkirakan mencapai USD16 triliun, menjadikannya wanita terkaya sepanjang sejarah manusia.
Kekayaan Wu Zetian digunakan untuk membangun istana-istana megah, kuil-kuil mewah, dan proyek-proyek infrastruktur yang ambisius. Ia juga menggunakan kekayaannya untuk memberikan hadiah kepada para pejabat dan bangsawan yang setia kepadanya, serta untuk membantu rakyat yang membutuhkan.
Namun, kekayaan Wu Zetian juga menjadi sumber kontroversi. Banyak orang mengkritik gaya hidupnya yang mewah dan boros. Mereka menuduh Wu Zetian telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri dan para pendukungnya.
Terlepas dari kontroversi tersebut, kekayaan Wu Zetian tetap menjadi bukti kekuasaan dan pengaruhnya yang besar. Ia adalah seorang wanita yang berhasil mencapai puncak kekuasaan dan mengumpulkan kekayaan yang tak tertandingi. Warisannya terus dikenang dan diperdebatkan hingga saat ini.
Kekayaan Permaisuri Wu Zetian, yang diperkirakan mencapai USD16 triliun, setara dengan 22,7% dari total kekayaan yang ada di dunia pada masanya. Angka ini menunjukkan betapa besarnya kekuasaan ekonomi yang ia miliki. Kekayaan ini tidak hanya berasal dari pajak dan perdagangan, tetapi juga dari pengelolaan sumber daya alam yang efisien dan ekspansi wilayah yang berhasil.
Namun, kekayaan yang melimpah ini juga menjadi beban bagi Wu Zetian. Ia harus berjuang keras untuk mempertahankan kekayaannya dari para pejabat korup, bangsawan yang serakah, dan musuh-musuh politiknya. Ia juga harus menghadapi kritik dari rakyat yang menganggapnya terlalu boros dan tidak peduli terhadap penderitaan mereka.
Meskipun demikian, Wu Zetian tetap menggunakan kekayaannya untuk kepentingan negara dan rakyat. Ia membangun infrastruktur yang modern, seperti jalan, jembatan, dan irigasi. Ia juga memberikan bantuan kepada para petani dan pedagang, serta mendukung kegiatan seni dan budaya.
Wu Zetian juga dikenal sebagai seorang filantropis yang dermawan. Ia menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk membangun rumah sakit, sekolah, dan panti asuhan. Ia juga memberikan beasiswa kepada para siswa yang berprestasi, serta membantu para korban bencana alam.
Kekayaan Wu Zetian tidak hanya memberikan manfaat bagi Tiongkok, tetapi juga bagi dunia. Ia membuka Jalur Sutra, yang menghubungkan Tiongkok dengan negara-negara di Asia Tengah, Eropa, dan Afrika. Jalur Sutra ini menjadi jalur perdagangan dan pertukaran budaya yang penting, yang membawa kemakmuran dan kemajuan bagi banyak negara.
Namun, kekayaan Wu Zetian juga menjadi daya tarik bagi para penjajah. Banyak negara yang ingin merebut kekayaannya dengan cara menyerang Tiongkok. Wu Zetian harus berjuang keras untuk mempertahankan negaranya dari serangan-serangan tersebut.
Pada akhirnya, Wu Zetian berhasil mempertahankan kekuasaan dan kekayaannya hingga akhir hayatnya. Ia meninggal pada usia 81 tahun, setelah memerintah Tiongkok selama lebih dari 15 tahun. Warisannya sebagai satu-satunya wanita yang berhasil menduduki takhta kekaisaran dan wanita terkaya sepanjang sejarah manusia tetap dikenang hingga saat ini.
Kisah Wu Zetian adalah kisah tentang ambisi, kekuasaan, dan kekayaan. Ia adalah seorang wanita yang berhasil mencapai puncak kekuasaan dan mengumpulkan kekayaan yang tak tertandingi. Namun, ia juga seorang wanita yang penuh kontroversi, yang dikagumi dan dibenci pada saat yang sama.
Wu Zetian adalah seorang tokoh yang kompleks dan multidimensional. Ia adalah seorang penguasa yang bijaksana dan kejam, seorang filantropis yang dermawan dan boros, seorang wanita yang kuat dan rentan. Kisahnya adalah kisah tentang manusia, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Wu Zetian adalah seorang legenda. Kisahnya terus diceritakan dan diperdebatkan hingga saat ini. Ia adalah simbol kekuatan, ambisi, dan kekayaan. Ia adalah salah satu tokoh paling penting dalam sejarah Tiongkok dan dunia.
