Film animasi "Merah Putih One For All" menjadi sorotan publik setelah kabar mengenai biaya produksinya yang mencapai Rp6,7 miliar tersebar luas. Proyek ambisius yang digadang-gadang sebagai persembahan untuk perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2025 ini, menuai beragam reaksi, mulai dari pujian atas inisiatifnya hingga kritik terkait penggunaan anggaran. Di tengah hiruk pikuk perbincangan tersebut, Endiarto, sang produser sekaligus sutradara film, akhirnya angkat bicara untuk memberikan klarifikasi dan meluruskan berbagai informasi yang beredar.
Endiarto menyadari bahwa media sosial telah menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dan pandangan mereka. Ia tidak mempermasalahkan berbagai komentar yang muncul, termasuk yang bernada skeptis atau bahkan menganggap proyek ini terkesan dipaksakan. Menurutnya, perbedaan perspektif adalah hal yang wajar dalam sebuah diskusi publik. Namun, ia menekankan pentingnya mendapatkan informasi yang akurat dan berdasarkan fakta sebelum membuat penilaian.
"Ya, namanya media sosial, pastilah banyak asumsi-asumsi sesuai perspektif masing-masing. Ya, wajar saja gitu loh, jadi mau diapain?" ujar Endiarto dalam sebuah kesempatan di kawasan Rasuna Said, Jakarta, pada Selasa, 12 Agustus 2025. Ia menambahkan bahwa pihaknya terbuka untuk memberikan penjelasan kepada siapa pun yang benar-benar ingin mengetahui fakta sebenarnya di balik proyek "Merah Putih One For All".
Also Read
"Tinggal kalau mungkin ada yang bertanya langsung kepada kami, ya, kami akan berikan keterangan yang apa adanya, yang benar dan itu akan dengan sendirinya meluruskan apa yang simpang siur terjadi," lanjutnya. Endiarto berharap dengan adanya penjelasan langsung, kesalahpahaman dan informasi yang tidak akurat dapat diluruskan, sehingga publik dapat memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai film animasi ini.
Salah satu poin penting yang ingin diluruskan oleh Endiarto adalah mengenai sumber pendanaan proyek "Merah Putih One For All". Ia membantah dengan tegas anggapan bahwa film ini didanai oleh pemerintah. Menurutnya, seluruh biaya produksi yang mencapai Rp6,7 miliar tersebut dihimpun secara mandiri melalui sistem gotong royong oleh seluruh tim yang terlibat.
"Kami ingin menegaskan bahwa film ini adalah hasil karya independen yang didanai secara swadaya. Tidak ada dana dari pemerintah yang kami terima," tegas Endiarto. Ia menjelaskan bahwa semangat gotong royong menjadi landasan utama dalam mewujudkan proyek ini. Seluruh tim, mulai dari animator, penulis naskah, hingga pengisi suara, bekerja sama dan berkontribusi secara maksimal untuk menghasilkan karya yang berkualitas.
Lebih lanjut, Endiarto menjelaskan bahwa biaya produksi sebesar Rp6,7 miliar tersebut dialokasikan untuk berbagai keperluan, termasuk pengembangan cerita, desain karakter, animasi, rendering, pengisi suara, musik, dan pemasaran. Ia mengakui bahwa membuat film animasi berkualitas tinggi membutuhkan investasi yang signifikan, terutama jika ingin bersaing dengan film-film animasi produksi luar negeri.
"Kami ingin memberikan yang terbaik bagi penonton Indonesia. Oleh karena itu, kami tidak ingin berkompromi dalam hal kualitas. Kami menggunakan teknologi dan sumber daya yang terbaik untuk menghasilkan animasi yang memukau dan cerita yang inspiratif," jelas Endiarto. Ia berharap dengan kualitas yang baik, film "Merah Putih One For All" dapat menjadi kebanggaan bangsa dan menginspirasi generasi muda untuk mencintai tanah air.
Selain itu, Endiarto juga menyoroti pentingnya dukungan dari berbagai pihak untuk memajukan industri animasi Indonesia. Ia berharap pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat memberikan dukungan yang lebih besar kepada para animator dan sineas lokal agar dapat terus berkarya dan menghasilkan film-film berkualitas yang dapat bersaing di pasar internasional.
"Industri animasi Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Dengan dukungan yang tepat, kita bisa menjadi salah satu pusat animasi dunia," kata Endiarto. Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu padu memajukan industri kreatif Indonesia, khususnya animasi, agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian dan citra bangsa di mata dunia.
Film "Merah Putih One For All" sendiri bercerita tentang petualangan sekelompok anak muda dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki impian dan cita-cita yang sama, yaitu memajukan bangsa dan negara. Mereka bersatu padu mengatasi berbagai tantangan dan rintangan untuk mencapai tujuan mereka. Film ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air, semangat nasionalisme, dan nilai-nilai persatuan dan kesatuan di kalangan generasi muda.
"Kami ingin menyampaikan pesan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman. Perbedaan suku, agama, ras, dan budaya bukanlah penghalang untuk bersatu padu membangun bangsa," ujar Endiarto. Ia berharap film ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan, serta bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
"Merah Putih One For All" dijadwalkan tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia pada tahun 2025, bertepatan dengan perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Endiarto berharap film ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan menjadi tontonan yang menghibur sekaligus menginspirasi.
Menanggapi berbagai kritik yang muncul terkait biaya produksi film ini, Endiarto mengatakan bahwa ia menghargai semua pendapat dan masukan yang diberikan. Ia berjanji akan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas film dan memastikan bahwa anggaran yang dikeluarkan digunakan secara efektif dan efisien.
"Kami menyadari bahwa ada ekspektasi yang tinggi terhadap film ini. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi ekspektasi tersebut dan menghasilkan karya yang membanggakan," kata Endiarto. Ia juga mengajak masyarakat untuk memberikan dukungan positif kepada film "Merah Putih One For All" dan industri animasi Indonesia secara keseluruhan.
"Mari kita bersama-sama membangun industri animasi Indonesia agar dapat terus berkembang dan menghasilkan karya-karya yang berkualitas," pungkas Endiarto. Dengan dukungan dari semua pihak, ia yakin bahwa industri animasi Indonesia dapat menjadi salah satu kekuatan ekonomi kreatif yang dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan bangsa dan negara. Film "Merah Putih One For All" diharapkan menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanan panjang industri animasi Indonesia menuju masa depan yang lebih gemilang. Film ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah karya seni yang mengandung pesan moral dan nilai-nilai luhur yang dapat menginspirasi generasi muda untuk mencintai tanah air dan berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa. Endiarto dan seluruh tim berharap film ini dapat menjadi kebanggaan Indonesia dan membawa nama bangsa di kancah internasional.












