Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada situasi yang menguji kesabaran. Tekanan pekerjaan, masalah keluarga, atau bahkan kemacetan lalu lintas dapat membuat kita merasa frustrasi dan ingin menyerah. Dalam kondisi seperti ini, tak jarang terlontar ucapan seperti "Habislah kesabaranku!" atau "Sabar itu ada batasnya!". Namun, bagaimana pandangan Islam mengenai ungkapan-ungkapan tersebut? Apakah diperbolehkan dalam ajaran agama? Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai hal tersebut, merujuk pada sumber-sumber Islam yang terpercaya, serta memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna kesabaran yang sesungguhnya.
Kesabaran dalam Islam: Sebuah Konsep yang Luhur
Sebelum membahas lebih jauh tentang boleh atau tidaknya mengucapkan "Habislah kesabaranku," penting untuk memahami terlebih dahulu konsep kesabaran dalam Islam. Kesabaran, atau as-sabr dalam bahasa Arab, merupakan salah satu sifat terpuji yang sangat ditekankan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Ia bukan sekadar kemampuan untuk menahan diri dari amarah atau keluh kesah, tetapi lebih dari itu, merupakan kekuatan batin yang memungkinkan seseorang untuk tetap teguh dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup.
Also Read
Kesabaran memiliki cakupan yang luas, meliputi berbagai aspek kehidupan. Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar, membagi kesabaran menjadi tiga jenis:
- Sabar dalam Ketaatan kepada Allah: Yaitu, kesabaran dalam menjalankan perintah-perintah Allah, meskipun terasa berat dan sulit. Misalnya, sabar dalam melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, atau menunaikan zakat.
- Sabar dalam Menjauhi Maksiat: Yaitu, kesabaran dalam menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah, meskipun godaan dan keinginan untuk melakukannya sangat kuat. Misalnya, sabar dalam menjaga pandangan dari hal-hal yang haram, atau sabar dalam menghindari perbuatan ghibah (menggunjing).
- Sabar dalam Menghadapi Musibah: Yaitu, kesabaran dalam menerima takdir Allah ketika ditimpa musibah atau cobaan, seperti sakit, kehilangan orang yang dicintai, atau mengalami kesulitan ekonomi.
Ketiga jenis kesabaran ini saling berkaitan dan membentuk kesatuan yang utuh. Seorang Muslim yang sejati akan berusaha untuk senantiasa bersabar dalam segala kondisi, baik dalam suka maupun duka.
Dalil-Dalil tentang Keutamaan Kesabaran dalam Al-Qur’an dan Hadis
Al-Qur’an dan Hadis banyak sekali menyebutkan tentang keutamaan kesabaran. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Ayat ini menegaskan bahwa kesabaran merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan pertolongan Allah. Selain itu, Allah juga menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang sabar. Dalam surat Az-Zumar ayat 10, Allah berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."
Ayat ini menunjukkan bahwa pahala kesabaran tidak terbatas, bahkan melebihi perhitungan manusia.
Dalam Hadis, Rasulullah SAW juga banyak memberikan nasihat tentang kesabaran. Beliau bersabda:
"Ajaib urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu adalah baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu adalah baik baginya. Dan hal ini tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin." (HR. Muslim)
Hadis ini menjelaskan bahwa kesabaran merupakan salah satu ciri orang mukmin yang sejati. Dalam segala kondisi, ia selalu berusaha untuk bersikap positif dan mengambil hikmah dari setiap kejadian.
Larangan Berputus Asa dan Mengeluh dalam Islam
Setelah memahami konsep kesabaran dan keutamaannya, kita dapat kembali pada pertanyaan awal: bolehkah mengucapkan "Habislah kesabaranku?" atau "Sabar itu ada batasnya?"
Dalam Islam, berputus asa dan mengeluh secara berlebihan tidak diperbolehkan. Hal ini karena berputus asa merupakan salah satu bentuk ketidakpercayaan kepada Allah dan rahmat-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 87:
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: "Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir."
Ayat ini dengan jelas melarang kita untuk berputus asa dari rahmat Allah, karena hal itu merupakan ciri orang-orang kafir.
Mengeluh secara berlebihan juga tidak disukai dalam Islam, karena menunjukkan ketidakpuasan terhadap takdir Allah. Meskipun manusiawi untuk merasa sedih atau kecewa ketika ditimpa musibah, namun seorang Muslim hendaknya berusaha untuk tetap bersabar dan tidak mengeluh secara berlebihan.
Menyikapi Ungkapan "Habislah Kesabaranku" dalam Perspektif Islam
Lalu, bagaimana dengan ungkapan "Habislah kesabaranku?" atau "Sabar itu ada batasnya?" Ungkapan-ungkapan ini mengandung makna yang kurang tepat dalam perspektif Islam. Mengatakan "Habislah kesabaranku" seolah-olah menunjukkan bahwa kita sudah tidak mampu lagi untuk bersabar dan menerima takdir Allah. Padahal, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kesabaran tidak ada batasnya.
Selain itu, ungkapan "Sabar itu ada batasnya" juga kurang tepat, karena dapat diartikan bahwa kita memiliki hak untuk marah atau melakukan tindakan yang tidak terpuji ketika kesabaran kita sudah "habis." Padahal, seorang Muslim hendaknya selalu berusaha untuk mengendalikan diri dan tidak melampiaskan amarahnya.
Alternatif Ungkapan yang Lebih Baik
Meskipun mengucapkan "Habislah kesabaranku" atau "Sabar itu ada batasnya" kurang tepat dalam perspektif Islam, bukan berarti kita tidak boleh mengungkapkan perasaan kita ketika sedang mengalami kesulitan. Kita tetap boleh mengeluh kepada Allah dalam doa, atau menceritakan masalah kita kepada orang yang kita percaya. Namun, hendaknya kita melakukannya dengan cara yang baik dan tidak berlebihan.
Beberapa alternatif ungkapan yang lebih baik ketika sedang mengalami kesulitan adalah:
- "Ya Allah, berikanlah aku kekuatan untuk menghadapi cobaan ini."
- "Ya Allah, mudahkanlah urusanku dan berikanlah aku jalan keluar dari masalah ini."
- "Ya Allah, limpahkanlah kesabaran kepadaku."
- "Astaghfirullahal’adzim" (Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung).
Ungkapan-ungkapan ini menunjukkan bahwa kita tetap berserah diri kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya.
Kesimpulan
Mengucapkan "Habislah kesabaranku" atau "Sabar itu ada batasnya" kurang tepat dalam perspektif Islam, karena mengandung makna yang bertentangan dengan konsep kesabaran yang sesungguhnya. Kesabaran adalah sifat terpuji yang sangat ditekankan dalam Al-Qur’an dan Hadis, dan tidak memiliki batas. Sebagai seorang Muslim, hendaknya kita selalu berusaha untuk bersabar dalam segala kondisi, baik dalam suka maupun duka. Ketika sedang mengalami kesulitan, kita boleh mengeluh kepada Allah dalam doa, atau menceritakan masalah kita kepada orang yang kita percaya, namun hendaknya kita melakukannya dengan cara yang baik dan tidak berlebihan. Dengan demikian, kita dapat menjadi Muslim yang sejati dan mendapatkan ridha Allah SWT.











