
Kabar duka sekaligus menyayat hati datang dari Garut, Jawa Barat. Seorang bayi perempuan, buah hati dari pasangan Parman (33) dan Dewi (24), lahir dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Bayi mungil ini, yang baru berusia empat hari, terlahir dengan usus yang terburai keluar, sebuah kondisi medis yang dikenal sebagai Gastroschisis.
Kisah pilu ini bermula di Kampung Tarik Kolot RT 03/11, Cilawu Mangkurakyat, Kabupaten Garut. Di tengah keterbatasan fasilitas dan pengetahuan, Dewi melahirkan bayinya dengan bantuan seorang dukun beranak atau paraji. Kondisi bayi yang tidak normal membuat keluarga panik dan segera merujuknya ke Rumah Sakit Garut. Namun, karena keterbatasan fasilitas dan kondisi bayi yang semakin memburuk, bayi tersebut kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, rumah sakit rujukan terbesar di Jawa Barat.
"Pasien ini sebenarnya rujukan dari Rumah Sakit Garut. Saat dirujuk ke sini oleh bibinya, memang keadaanya sudah berat dan lemah," ujar Direktur Medik dan Keperawatan RSHS Bandung, dr Rudi Kadarsyah, dengan nada prihatin.
Also Read
Bayi perempuan yang kemudian diberi nama Nadia ini, langsung dilarikan ke ruang intensif setibanya di RSHS Bandung pada tanggal 17 Maret 2011. Menurut dr. Rudi, proses persalinan yang dibantu oleh dukun beranak di Garut menjadi salah satu faktor yang memperburuk kondisi bayi.
"Kelahirannya memang di Garut dan dibantu oleh seorang paraji (dukun beranak). Memang saat dirujuk ke RSHS pada Kamis (17/3) lalu, bayi tidak langsung dirawat di ruang NICU melainkan di IGD karena penuh. Namun, sekarang sudah dalam perawatan intensif," jelas dr. Rudi.
NICU (Neonatal Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan khusus untuk bayi baru lahir yang membutuhkan perhatian intensif. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih dan tenaga medis yang terlatih khusus untuk menangani bayi-bayi dengan kondisi kritis.
Kondisi Nadia saat tiba di RSHS Bandung sangat memprihatinkan. Hampir 50 persen usus halusnya keluar dari lubang sebesar 4 centimeter yang berada di pusarnya. Tim dokter RSHS Bandung segera mengambil tindakan medis untuk menyelamatkan nyawa bayi malang ini. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah operasi pemasangan plastik silo.
"Ususnya kita tutup dengan plastik silo yang dipasang sedemikian rupa sehingga menutupi bagian usus yang berada di luar. Penutupan ini dimaksudkan agar usus tidak mengalami kontak langsung dengan udara luar dan tidak kering," terang dr. Rudi.
Plastik silo berfungsi sebagai pelindung sementara bagi usus yang terburai. Dengan ditutup plastik silo, usus terlindungi dari infeksi dan kerusakan akibat paparan udara luar. Selain itu, plastik silo juga membantu menjaga kelembapan usus dan mencegahnya menjadi kering.
Namun, meskipun sudah dipasang silo, kondisi Nadia belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Bahkan, beberapa bagian ususnya mulai membusuk. Hal ini tentu saja membuat tim dokter dan keluarga semakin khawatir.
"Keadaan bayi tersebut saat ini masih memburuk. Ada beberapa bagian ususnya yang mulai membusuk," ungkap dr. Rudi dengan nada sedih.
Lantas, apa sebenarnya penyebab Gastroschisis yang dialami oleh Nadia? Ahli Bedah RSHS Bandung, dr Diki Darajat, mengatakan bahwa penyebab pasti dari kelainan bawaan ini belum diketahui secara pasti.
"Penyebabnya belum diketahui. Jadi, hampir 95 persen bayi yang terlahir dengan kelainan bawaan seperti usus terburai ini tidak diketahui penyebabnya. Namun, ini mungkin juga disebabkan oleh faktor genetik," jelas dr. Diki.
Gastroschisis adalah kelainan bawaan lahir yang terjadi ketika dinding perut bayi tidak menutup sepenuhnya selama masa kehamilan. Akibatnya, organ-organ dalam perut, seperti usus, bisa keluar melalui lubang di dekat pusar. Kelainan ini biasanya terdeteksi saat pemeriksaan USG selama kehamilan.
Meskipun penyebab pasti Gastroschisis belum diketahui, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan ini, antara lain:
- Usia ibu yang terlalu muda: Ibu yang hamil di usia remaja atau di bawah 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan Gastroschisis.
- Paparan zat kimia tertentu: Paparan zat kimia tertentu selama masa kehamilan, seperti pestisida atau obat-obatan tertentu, dapat meningkatkan risiko terjadinya Gastroschisis.
- Kurangnya asupan nutrisi: Kekurangan nutrisi tertentu selama masa kehamilan, seperti asam folat, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya Gastroschisis.
- Faktor genetik: Meskipun jarang terjadi, faktor genetik juga dapat berperan dalam terjadinya Gastroschisis. Jika ada riwayat keluarga dengan kelainan bawaan lahir, risiko terjadinya Gastroschisis pada bayi meningkat.
Kisah Nadia ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin dan teratur. Dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, kelainan bawaan lahir seperti Gastroschisis dapat terdeteksi lebih awal sehingga penanganan medis dapat dilakukan secepat mungkin.
Selain itu, kisah ini juga menjadi pelajaran bagi kita tentang pentingnya peran tenaga medis yang terlatih dan fasilitas kesehatan yang memadai. Persalinan yang ditangani oleh tenaga medis yang terlatih dan di fasilitas kesehatan yang memadai dapat meminimalkan risiko terjadinya komplikasi dan kelainan bawaan lahir.
Kondisi Nadia yang memprihatinkan ini tentu saja membutuhkan dukungan dan doa dari kita semua. Mari kita bersama-sama mendoakan agar Nadia segera diberikan kesembuhan dan dapat tumbuh menjadi anak yang sehat dan bahagia. Semoga tim dokter RSHS Bandung diberikan kekuatan dan kemampuan untuk memberikan perawatan yang terbaik bagi Nadia.
Kisah Nadia juga mengetuk hati banyak orang untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada keluarga Parman dan Dewi. Keterbatasan ekonomi membuat mereka kesulitan untuk membiayai pengobatan Nadia. Uluran tangan dari para dermawan sangat diharapkan untuk meringankan beban mereka.
Bagi siapa saja yang tergerak hatinya untuk membantu Nadia, dapat menyalurkan bantuannya melalui lembaga-lembaga sosial atau langsung menghubungi keluarga Parman dan Dewi di Kampung Tarik Kolot RT 03/11, Cilawu Mangkurakyat, Kabupaten Garut.
Semoga kisah Nadia ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap sesama dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Mari kita bersama-sama menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih peduli.
Kisah pilu Nadia ini juga menjadi sorotan media dan masyarakat luas. Banyak yang mengecam praktik persalinan yang dilakukan oleh dukun beranak karena dianggap membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Pemerintah daerah dan pihak terkait diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya persalinan yang ditangani oleh tenaga medis yang terlatih dan di fasilitas kesehatan yang memadai.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat yang berada di daerah terpencil dan pedesaan. Dengan adanya akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan, diharapkan angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan dan kasus-kasus seperti yang dialami oleh Nadia dapat dicegah.
Kisah Nadia adalah potret buram dari masih banyaknya masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Masih banyak ibu hamil yang tidak mendapatkan akses yang memadai terhadap layanan kesehatan, masih banyak bayi yang lahir dengan kelainan bawaan lahir, dan masih banyak keluarga yang kesulitan untuk membiayai pengobatan.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang lebih serius dan terpadu dari semua pihak untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan ini. Pemerintah, tenaga medis, lembaga sosial, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih baik dan lebih merata.
Semoga Nadia menjadi simbol perjuangan dan harapan bagi kita semua. Semoga dia dapat segera sembuh dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dan semoga kisah Nadia ini dapat membuka mata kita semua tentang pentingnya kesehatan dan kesejahteraan.
