Rencana aksi korporasi pembelian kembali saham (buyback) yang dilakukan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dinilai menjadi angin segar bagi investor. Menurut Analis Pasar Modal Frederik Rasali, langkah tersebut memiliki potensi besar memperkuat sentimen positif terhadap emiten perbankan pelat merah tersebut. Harga saham Bank Mandiri saat ini masih berada pada valuasi yang cukup rendah. Dengan rasio price to book value (PBV) sebesar 1,57 kali, valuasi saham BMRI tercatat berada di bawah minus satu standar deviasi selama lima tahun terakhir.
"Artinya, saham Bank Mandiri sudah cukup terdiskon. Valuasi yang sama ini juga pernah terjadi pada akhir 2021, saat bursa terdampak pandemi Covid-19," ujarnya, Sabtu (29/11/2025). Frederik menjelaskan, fungsi utama dari aksi buyback saham ini adalah untuk mengakomodasi program Employee Stock Ownership Plan (ESOP) yang tengah berjalan. Dengan mekanisme tersebut, apabila saham ESOP dieksekusi dan kemudian dijual, perseroan dapat langsung membelinya kembali.
"Namun, terlepas dari fungsi itu, kepercayaan investor terhadap saham BMRI tentu juga meningkat," katanya. Lebih lanjut, Frederik menilai pergerakan saham BMRI selama satu tahun terakhir memang menunjukkan tren menurun, seiring tantangan yang dihadapi sektor perbankan sepanjang 2025 akibat tekanan kondisi ekonomi nasional. "Setelah ekonomi lebih stabil, buyback saham dapat menjadi sinyal positif bagi investor untuk kembali mempercayai kinerja Bank Mandiri," ujarnya.
Also Read
Analisis Mendalam: Mengapa Buyback Saham BMRI Menarik Perhatian?
Aksi buyback saham yang direncanakan oleh Bank Mandiri (BMRI) bukan sekadar berita ekonomi biasa. Ini adalah langkah strategis yang memiliki implikasi signifikan bagi investor, kinerja perusahaan, dan stabilitas pasar modal. Dalam konteks ekonomi yang dinamis dan penuh tantangan seperti saat ini, keputusan BMRI untuk melakukan buyback saham patut dianalisis lebih dalam.
Memahami Buyback Saham: Lebih dari Sekadar Pembelian Kembali
Buyback saham, atau pembelian kembali saham oleh perusahaan, adalah tindakan korporasi di mana perusahaan membeli kembali sahamnya sendiri dari pasar terbuka. Tujuan dari buyback ini bisa beragam, mulai dari meningkatkan nilai saham per lembar, mengoptimalkan struktur modal, hingga memberikan sinyal positif kepada investor tentang keyakinan perusahaan terhadap prospek bisnisnya.
Dalam kasus BMRI, aksi buyback ini memiliki beberapa dimensi penting yang perlu diperhatikan:
-
Sinyal Keyakinan Diri: Keputusan BMRI untuk melakukan buyback saham menunjukkan bahwa manajemen perusahaan memiliki keyakinan yang kuat terhadap kinerja dan prospek bisnis Bank Mandiri di masa depan. Ini adalah sinyal positif bagi investor, karena menunjukkan bahwa perusahaan percaya sahamnya undervalued dan memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan.
-
Optimasi Struktur Modal: Buyback saham dapat membantu perusahaan mengoptimalkan struktur modalnya. Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar, laba per saham (earning per share/EPS) akan meningkat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai saham secara keseluruhan.
-
Dukungan Harga Saham: Dalam kondisi pasar yang kurang stabil atau ketika harga saham perusahaan mengalami tekanan, buyback saham dapat memberikan dukungan terhadap harga saham. Dengan membeli kembali sahamnya sendiri, perusahaan dapat mengurangi tekanan jual dan membantu menstabilkan harga saham.
-
Fleksibilitas Keuangan: Aksi buyback saham menunjukkan bahwa BMRI memiliki fleksibilitas keuangan yang memadai. Perusahaan memiliki kas yang cukup untuk melakukan investasi kembali dalam bisnisnya, membayar dividen kepada pemegang saham, dan melakukan buyback saham.
Valuasi Rendah Sebagai Peluang: Analisis PBV BMRI
Pernyataan Analis Pasar Modal Frederik Rasali bahwa valuasi saham BMRI saat ini cukup rendah, dengan rasio price to book value (PBV) sebesar 1,57 kali, menjadi poin penting dalam memahami daya tarik aksi buyback ini. PBV adalah rasio yang membandingkan harga saham perusahaan dengan nilai buku per sahamnya. Nilai buku per saham adalah nilai aset bersih perusahaan yang tersedia untuk setiap lembar saham yang beredar.
PBV yang rendah menunjukkan bahwa harga saham perusahaan relatif murah dibandingkan dengan nilai aset bersihnya. Dalam kasus BMRI, PBV sebesar 1,57 kali menunjukkan bahwa investor hanya membayar 1,57 kali nilai aset bersih perusahaan untuk setiap lembar saham BMRI.
Frederik Rasali juga menyoroti bahwa valuasi saham BMRI saat ini berada di bawah minus satu standar deviasi selama lima tahun terakhir. Ini berarti bahwa harga saham BMRI saat ini berada di bawah rata-rata harga saham BMRI selama lima tahun terakhir, dengan selisih yang signifikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa saham BMRI saat ini undervalued dan menawarkan peluang investasi yang menarik.
ESOP dan Dampaknya: Mengakomodasi Program Kepemilikan Saham Karyawan
Salah satu fungsi utama dari aksi buyback saham BMRI adalah untuk mengakomodasi program Employee Stock Ownership Plan (ESOP) yang tengah berjalan. ESOP adalah program kepemilikan saham karyawan, di mana karyawan perusahaan diberikan kesempatan untuk memiliki saham perusahaan sebagai bagian dari kompensasi mereka.
Dalam mekanisme ESOP, saham yang dialokasikan untuk karyawan dapat dieksekusi dan dijual kembali ke pasar. Jika hal ini terjadi, BMRI dapat membeli kembali saham tersebut melalui aksi buyback. Hal ini bertujuan untuk mencegah penurunan harga saham akibat penjualan saham ESOP dan untuk menjaga stabilitas pasar saham BMRI.
Namun, dampak dari aksi buyback ini tidak hanya terbatas pada program ESOP. Kepercayaan investor terhadap saham BMRI juga akan meningkat, karena aksi buyback menunjukkan bahwa perusahaan memiliki keyakinan terhadap prospek bisnisnya dan berkomitmen untuk meningkatkan nilai saham bagi pemegang saham.
Tantangan dan Peluang di Sektor Perbankan: Menavigasi Kondisi Ekonomi Nasional
Frederik Rasali juga menyoroti bahwa pergerakan saham BMRI selama satu tahun terakhir menunjukkan tren menurun, seiring tantangan yang dihadapi sektor perbankan sepanjang 2025 akibat tekanan kondisi ekonomi nasional. Sektor perbankan sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi makro. Ketika ekonomi mengalami tekanan, seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan inflasi, atau kenaikan suku bunga, sektor perbankan akan terkena dampaknya.
Namun, setelah ekonomi lebih stabil, buyback saham dapat menjadi sinyal positif bagi investor untuk kembali mempercayai kinerja Bank Mandiri. Aksi buyback ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan ekonomi dan siap untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan di masa depan.
Kesimpulan: Aksi Buyback BMRI Sebagai Katalis Positif
Secara keseluruhan, aksi buyback saham yang direncanakan oleh Bank Mandiri (BMRI) merupakan langkah strategis yang memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi investor, kinerja perusahaan, dan stabilitas pasar modal. Valuasi saham BMRI yang saat ini undervalued, fleksibilitas keuangan perusahaan, dan komitmen untuk mengakomodasi program ESOP menjadi faktor-faktor kunci yang mendukung daya tarik aksi buyback ini.
Meskipun sektor perbankan menghadapi tantangan akibat tekanan kondisi ekonomi nasional, aksi buyback saham BMRI dapat menjadi katalis positif untuk memulihkan kepercayaan investor dan mendorong pertumbuhan nilai saham di masa depan. Investor perlu mencermati perkembangan aksi buyback ini dan mempertimbangkan potensi manfaatnya dalam portofolio investasi mereka.
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum membuat keputusan investasi. Diterbitkan oleh: Feby Novalius, Jurnalis Media Nganjuk, Sabtu, 29 November 2025 | 10:11 WIB.














