Perceraian aktris Acha Septriasa dengan Vicky Kharisma menjadi perhatian publik, terutama terkait keputusan Acha untuk menerapkan pola asuh co-parenting bagi putri mereka, Bridgia. Keputusan ini muncul setelah keduanya memilih untuk mengakhiri rumah tangga mereka secara diam-diam. Acha sendiri mengungkapkan bahwa co-parenting merupakan jalan terbaik untuk membesarkan Bridgia, meskipun ia dan Vicky tidak lagi bersama sebagai suami istri.
Co-parenting atau pengasuhan bersama adalah sebuah konsep di mana kedua orang tua, meskipun tidak lagi dalam hubungan romantis, tetap berbagi tanggung jawab dan peran dalam membesarkan anak-anak mereka. Ini mencakup pengambilan keputusan terkait pendidikan, kesehatan, kegiatan ekstrakurikuler, dan aspek penting lainnya dalam kehidupan anak. Co-parenting bukan hanya sekadar membagi waktu kunjungan atau hak asuh, tetapi lebih kepada kerjasama aktif dan komunikasi yang efektif antara kedua orang tua demi kepentingan terbaik anak.
Arti dan Tujuan Co-Parenting
Also Read
Secara sederhana, co-parenting berarti kedua orang tua bekerja sama sebagai tim untuk membesarkan anak-anak mereka. Tujuan utamanya adalah menciptakan lingkungan yang stabil, aman, dan penuh kasih bagi anak, terlepas dari status hubungan orang tua. Dalam co-parenting, kedua orang tua sepakat untuk mengesampingkan perbedaan pribadi dan konflik yang mungkin ada, dan fokus sepenuhnya pada kebutuhan dan kesejahteraan anak.
Co-parenting menekankan beberapa aspek penting, antara lain:
- Komunikasi yang Efektif: Orang tua perlu berkomunikasi secara terbuka, jujur, dan hormat satu sama lain. Ini termasuk berbagi informasi tentang perkembangan anak, jadwal kegiatan, masalah yang mungkin timbul, dan keputusan penting lainnya.
- Konsistensi: Anak-anak membutuhkan konsistensi dalam aturan, disiplin, dan harapan, terlepas dari di mana mereka berada. Orang tua perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa aturan dan batasan yang sama diterapkan di kedua rumah.
- Fleksibilitas: Kehidupan selalu berubah, dan orang tua perlu fleksibel dalam menyesuaikan rencana dan jadwal co-parenting mereka sesuai kebutuhan anak.
- Saling Mendukung: Orang tua perlu saling mendukung dalam peran mereka sebagai orang tua. Ini termasuk menghargai pendapat satu sama lain, memberikan dukungan emosional, dan bekerja sama untuk mengatasi tantangan yang mungkin timbul.
- Fokus pada Anak: Yang terpenting, semua keputusan dan tindakan dalam co-parenting harus didasarkan pada kepentingan terbaik anak.
Manfaat Co-Parenting untuk Anak
Co-parenting menawarkan sejumlah manfaat signifikan bagi anak-anak yang orang tuanya telah berpisah atau bercerai. Beberapa manfaat utama meliputi:
- Stabilitas Emosional: Co-parenting membantu menciptakan lingkungan yang stabil dan aman bagi anak, yang sangat penting untuk perkembangan emosional mereka. Dengan melihat orang tua mereka bekerja sama secara damai, anak-anak merasa lebih aman dan terlindungi.
- Harga Diri yang Lebih Tinggi: Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan co-parenting cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi. Mereka merasa dicintai dan dihargai oleh kedua orang tua, terlepas dari status hubungan orang tua mereka.
- Penyesuaian yang Lebih Baik: Anak-anak yang mengalami perceraian orang tua seringkali mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru. Co-parenting membantu meminimalkan dampak negatif perceraian pada anak dengan memberikan mereka dukungan dan stabilitas yang mereka butuhkan.
- Hubungan yang Lebih Baik dengan Kedua Orang Tua: Co-parenting memungkinkan anak-anak untuk mempertahankan hubungan yang sehat dan positif dengan kedua orang tua mereka. Mereka tidak perlu merasa bersalah atau tertekan untuk memilih salah satu pihak.
- Keterampilan Sosial yang Lebih Baik: Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan co-parenting cenderung mengembangkan keterampilan sosial yang lebih baik. Mereka belajar untuk berkomunikasi secara efektif, bekerja sama, dan menyelesaikan konflik secara damai.
- Prestasi Akademik yang Lebih Baik: Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan co-parenting cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Stabilitas emosional dan dukungan dari kedua orang tua membantu mereka untuk fokus pada belajar dan mencapai potensi mereka.
- Mengurangi Risiko Masalah Perilaku: Co-parenting dapat membantu mengurangi risiko masalah perilaku pada anak-anak yang orang tuanya telah berpisah atau bercerai. Dengan merasa dicintai dan didukung oleh kedua orang tua, anak-anak cenderung tidak mencari perhatian melalui perilaku negatif.
- Model Peran yang Positif: Co-parenting memberikan anak-anak model peran yang positif tentang bagaimana menyelesaikan konflik secara damai dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ini dapat membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan dan sikap yang penting untuk kesuksesan dalam kehidupan.
- Mengurangi Stres pada Anak: Perceraian dapat menjadi pengalaman yang sangat stres bagi anak-anak. Co-parenting membantu mengurangi stres dengan memberikan mereka rasa aman, stabil, dan dicintai.
- Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis: Co-parenting berkontribusi pada kesejahteraan psikologis anak secara keseluruhan. Dengan merasa dicintai, didukung, dan dihargai oleh kedua orang tua, anak-anak cenderung lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih sukses dalam kehidupan.
Tantangan dalam Co-Parenting
Meskipun co-parenting menawarkan banyak manfaat, penting untuk mengakui bahwa ini juga dapat menjadi tantangan. Beberapa tantangan umum dalam co-parenting meliputi:
- Konflik yang Berkelanjutan: Jika orang tua memiliki sejarah konflik yang intens, sulit bagi mereka untuk bekerja sama secara damai.
- Kurangnya Komunikasi: Jika orang tua tidak dapat berkomunikasi secara efektif, sulit bagi mereka untuk membuat keputusan bersama dan mengelola jadwal co-parenting.
- Ketidaksepakatan tentang Pengasuhan: Orang tua mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana membesarkan anak-anak mereka, yang dapat menyebabkan konflik.
- Masalah Keuangan: Masalah keuangan dapat menjadi sumber stres dan konflik dalam co-parenting.
- Perasaan Sakit Hati dan Dendam: Perasaan sakit hati dan dendam dari masa lalu dapat mempersulit orang tua untuk bekerja sama.
- Pasangan Baru: Kehadiran pasangan baru dapat menimbulkan kecemburuan dan konflik dalam co-parenting.
- Jarak Geografis: Jika orang tua tinggal berjauhan, sulit bagi mereka untuk berbagi waktu dengan anak-anak dan menghadiri acara penting.
- Kurangnya Dukungan: Orang tua mungkin merasa kurang dukungan dari keluarga, teman, atau profesional.
Tips untuk Co-Parenting yang Sukses
Meskipun co-parenting dapat menjadi tantangan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peluang keberhasilan:
- Fokus pada Anak: Ingatlah bahwa kepentingan terbaik anak harus selalu menjadi prioritas utama.
- Komunikasi yang Efektif: Belajarlah untuk berkomunikasi secara terbuka, jujur, dan hormat satu sama lain.
- Tetapkan Batasan yang Jelas: Tetapkan batasan yang jelas tentang apa yang dapat dan tidak dapat diterima dalam hubungan co-parenting.
- Buat Jadwal yang Konsisten: Buat jadwal yang konsisten untuk kunjungan, liburan, dan acara khusus.
- Bersikap Fleksibel: Bersikaplah fleksibel dan bersedia untuk menyesuaikan rencana sesuai kebutuhan anak.
- Saling Mendukung: Saling mendukung dalam peran Anda sebagai orang tua.
- Cari Bantuan Profesional: Jika Anda mengalami kesulitan dalam co-parenting, jangan ragu untuk mencari bantuan dari terapis, mediator, atau pengacara.
- Hindari Berbicara Buruk tentang Mantan Pasangan di Depan Anak: Ini dapat merusak hubungan anak dengan orang tua tersebut.
- Hormati Rumah dan Aturan Masing-Masing: Hormati aturan dan batasan yang ditetapkan di setiap rumah.
- Jaga Emosi Anda: Cobalah untuk menjaga emosi Anda tetap terkendali saat berkomunikasi dengan mantan pasangan Anda.
Keputusan Acha Septriasa untuk menerapkan co-parenting menunjukkan komitmennya untuk memberikan yang terbaik bagi putrinya, Bridgia, meskipun ia dan Vicky Kharisma tidak lagi bersama. Dengan komunikasi yang baik, kerjasama, dan fokus pada kebutuhan anak, co-parenting dapat menjadi cara yang efektif untuk membesarkan anak-anak setelah perceraian. Ini memberikan anak-anak stabilitas, cinta, dan dukungan yang mereka butuhkan untuk berkembang menjadi individu yang sehat dan bahagia. Co-parenting bukan hanya tentang membagi waktu dan tanggung jawab, tetapi tentang menciptakan lingkungan yang positif dan suportif bagi anak-anak, terlepas dari perubahan dalam struktur keluarga.















