
Bengkulu Darurat HIV/AIDS: Angka Penderita Melonjak, Penanganan Dipertanyakan
Bengkulu lagi nggak baik-baik aja nih soal kesehatan. Yayasan Kipas Bengkulu baru aja ngeluarin data yang bikin kita semua garuk-garuk kepala: jumlah orang dengan HIV/AIDS di provinsi ini udah nyentuh angka 467! Angka ini jauh lebih tinggi dari data yang dirilis sama Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bengkulu, yang cuma nyebutin 298 kasus. Selisihnya lumayan banget, kan?
Ronald, Manajer Program Yayasan Kipas Bengkulu, bilang kalau data mereka ini didapat dari hasil penjangkauan langsung ke kelompok-kelompok yang rentan, kayak pekerja seks komersial (PSK), pengguna narkoba (napza), dan waria. Dari data itu, keliatan banget kalau tiap tahun ada peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS di Bengkulu, bahkan sampai 24,6 persen!
Also Read
"Kami mendata ada 467 orang dengan HIV/Aids dengan peningkatan jumlah penderita per tahun mencapai 24,6 persen," kata Ronald dengan nada prihatin.
Bengkulu Sudah Masuk Zona Merah HIV/AIDS?
Yang lebih bikin ngeri, Ronald juga bilang kalau penularan HIV/AIDS di Bengkulu ini termasuk yang paling tinggi di Indonesia. Bahkan, di semua kabupaten dan kota di Bengkulu udah ada kasus HIV/AIDS. Ini artinya, virus mematikan ini udah nyebar luas dan nggak pandang bulu.
"Bisa dikatakan HIV/Aids sudah mewabah atau epidemik di Bengkulu karena semua daerah sudah ada kasus sehingga penanganannya harus lebih serius," tegasnya.
Kalau udah kayak gini, bisa dibilang Bengkulu udah masuk zona merah HIV/AIDS. Penanganannya nggak bisa lagi setengah-setengah, harus gercep dan melibatkan semua pihak.
Upaya Penanggulangan Masih Kurang Nampol
Sebenarnya, udah ada beberapa upaya yang dilakuin buat nanggulangin HIV/AIDS di Bengkulu. Salah satunya dengan nambahin Volunteer Counseling Test (VCT) di Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KP3) Pelabuhan Pulau Baai. VCT ini penting banget buat deteksi dini HIV/AIDS, jadi orang bisa tahu statusnya dan segera dapat penanganan yang tepat.
Tapi, menurut Ronald, upaya ini aja belum cukup. Soalnya, masih banyak kabupaten dan kota di Bengkulu yang belum punya fasilitas VCT. Padahal, di daerah-daerah itu juga ada kasus HIV/AIDS. Gimana mau deteksi dini kalau fasilitasnya aja nggak ada?
Pemerintah Daerah Lambat Tanggap?
Nah, ini nih yang bikin Ronald gemes. Dia bilang kalau pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Bengkulu kayaknya lambat banget dalam nanggulangin HIV/AIDS. Buktinya, KPA provinsi aja nggak jelas kantornya di mana.
"Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sangat lamban dalam menanggulangi HIV/Aids, terbukti dengan KPA provinsi yang tidak jelas kantornya," cetusnya.
Padahal, KPA ini punya peran penting banget sebagai koordinator penanganan HIV/AIDS lintas sektoral. Kalau KPA-nya aja nggak jelas, gimana mau ngajak semua pihak buat terlibat dalam penanggulangan HIV/AIDS?
Harapan untuk KPA yang Lebih Greget
Ronald berharap banget KPA bisa lebih meningkatkan perannya. KPA harus bisa jadi motor penggerak yang ngajak semua pihak buat bareng-bareng nanggulangin HIV/AIDS. Nggak cuma pemerintah, tapi juga organisasi masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan seluruh masyarakat Bengkulu.
"Ia mengharapkan KPA sebagai koordinator penanganan HIV/Aids lintas sektoral bisa meningkatkan perannya sehingga semua pihak terlibat dalam penanggulangan HIV/Aids," ujarnya penuh harap.
Data Tambahan: Lebih Dalam Mengenai HIV/AIDS di Bengkulu
Biar kita lebih paham sama situasi HIV/AIDS di Bengkulu, berikut beberapa data tambahan yang perlu kita tahu:
- Faktor Risiko: Selain PSK, pengguna narkoba, dan waria, ada juga faktor risiko lain yang perlu diwaspadai, kayak hubungan seks yang nggak aman, transfusi darah yang nggak steril, dan penularan dari ibu ke anak.
- Usia Penderita: Data menunjukkan kalau sebagian besar penderita HIV/AIDS di Bengkulu adalah usia produktif, yaitu antara 20-49 tahun. Ini artinya, HIV/AIDS nggak cuma jadi masalah kesehatan, tapi juga masalah sosial dan ekonomi.
- Jenis Kelamin: Jumlah penderita HIV/AIDS laki-laki di Bengkulu lebih banyak dari perempuan. Tapi, bukan berarti perempuan nggak berisiko, ya. Tetap harus waspada dan jaga diri baik-baik.
- Pencegahan: Pencegahan HIV/AIDS itu penting banget. Caranya bisa dengan setia sama pasangan, pakai kondom saat berhubungan seks, hindari narkoba, dan periksa kesehatan secara rutin.
- Pengobatan: HIV/AIDS memang belum bisa disembuhin total, tapi ada obat yang bisa nahan perkembangan virusnya, namanya antiretroviral (ARV). Dengan minum ARV secara teratur, penderita HIV/AIDS bisa hidup lebih lama dan lebih berkualitas.
Pesan Penting untuk Kita Semua
Kasus HIV/AIDS di Bengkulu ini jadi pengingat buat kita semua. HIV/AIDS itu nyata dan bisa nyerang siapa aja. Jadi, jangan anggap remeh dan selalu jaga diri baik-baik.
Selain itu, kita juga harus punya kepedulian sama orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jangan jauhin mereka, tapi justru kasih dukungan dan semangat. ODHA juga manusia biasa yang butuh kasih sayang dan perhatian.
Semoga dengan kesadaran dan kepedulian kita semua, kasus HIV/AIDS di Bengkulu bisa ditekan dan nggak ada lagi korban berjatuhan. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati!
Sumber: Antara