Mari kita bedah satu per satu berita hangat dari Republika Online hari ini, Kamis, 30 Oktober 2025. Dari strategi reasuransi sampai inklusi keuangan yang makin "kekinian", plus kabar baik dari kereta cepat Whoosh dan performa BRI yang tetap solid. Siap? Langsung saja!
1. Indonesia Re Ungkap Strategi Hadapi Tantangan Industri Reasuransi 2026
Indonesia Re, perusahaan reasuransi pelat merah, lagi menyiapkan jurus jitu buat menghadapi tantangan di tahun 2026. Mereka baru aja menggelar "Indonesia Re Broker Forum 2025" sebagai bagian dari rangkaian acara "Indonesia Rendezvous 2025". Acaranya sih kelihatan santai, tapi isinya serius. Mereka membahas strategi apa saja yang perlu disiapkan buat menghadapi perubahan di industri reasuransi yang makin kompleks.
Also Read
Kenapa reasuransi itu penting? Gampangnya, reasuransi itu asuransinya perusahaan asuransi. Jadi, kalau ada klaim besar yang harus dibayar, perusahaan asuransi nggak langsung bangkrut. Mereka bisa "lempar" sebagian risiko ke perusahaan reasuransi. Nah, Indonesia Re ini salah satu pemain kunci di industri ini.
Tahun 2026 diprediksi bakal jadi tahun yang menantang buat industri reasuransi. Ada banyak faktor yang memengaruhi, mulai dari perubahan iklim yang bikin bencana alam makin sering terjadi, sampai perkembangan teknologi yang mengubah cara orang berasuransi. Indonesia Re nggak mau ketinggalan. Mereka pengen memastikan diri tetap relevan dan bisa memberikan perlindungan maksimal buat para mitranya. Salah satu strateginya mungkin dengan memperkuat kerja sama dengan broker reasuransi, biar bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Kita tunggu aja deh gebrakan mereka tahun depan!
2. Lyodra: Inklusi Keuangan Digital Semakin Masif
Penyanyi muda berbakat, Lyodra Ginting, ikut nimbrung soal ekonomi nih. Tapi jangan salah, dia bukan mau nyanyiin lagu galau soal inflasi. Lyodra justru lagi semangat banget ngomongin inklusi keuangan digital. Katanya, dorongan inklusi keuangan digital belakangan ini makin masif dirasakan oleh masyarakat.
Inklusi keuangan digital itu apa sih? Simpelnya, ini adalah upaya buat membuat semua orang bisa mengakses layanan keuangan secara mudah dan murah, lewat teknologi digital. Misalnya, punya rekening bank, bisa transfer uang lewat aplikasi, atau bayar tagihan pakai QR code.
Kenapa inklusi keuangan digital itu penting? Karena bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Orang jadi lebih mudah menabung, berinvestasi, atau mendapatkan pinjaman modal usaha. Selain itu, inklusi keuangan digital juga bisa membantu mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi.
Lyodra sendiri merasakan manfaatnya. Sebagai anak muda yang aktif di media sosial, dia sering menggunakan aplikasi pembayaran digital buat belanja atau transfer uang. Dia berharap, semakin banyak orang yang melek teknologi dan memanfaatkan layanan keuangan digital. Pemerintah dan pelaku industri keuangan juga harus terus berinovasi dan memberikan edukasi, biar inklusi keuangan digital bisa benar-benar merata di seluruh Indonesia. Siapa tahu, nanti Lyodra bikin lagu tentang QRIS, kan seru!
3. OJK Minta Pemerintah Perpanjang Kebijakan Hapus Piutang Macet UMKM
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lagi getol memperjuangkan nasib para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Mereka minta pemerintah buat memperpanjang kebijakan penghapusan piutang macet UMKM. Kebijakan ini sebenarnya udah ada, tapi masa berlakunya mau habis. OJK pengen kebijakan ini terus dilanjutkan, biar UMKM bisa bernapas lega.
Kenapa sih piutang macet itu jadi masalah buat UMKM? Bayangin aja, kamu punya usaha kecil-kecilan, terus ada pelanggan yang ngutang tapi nggak bayar-bayar. Uang kamu jadi nggak bisa diputar, usaha kamu jadi susah berkembang. Nah, kalau piutang macet ini dihapus, UMKM bisa punya modal lagi buat mengembangkan usahanya.
OJK melihat, kebijakan penghapusan piutang macet UMKM ini efektif membantu UMKM bangkit dari keterpurukan. Apalagi, banyak UMKM yang terdampak pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Dengan adanya kebijakan ini, UMKM bisa mendapatkan keringanan dan kesempatan buat memulai kembali usahanya.
Tapi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi buat bisa mendapatkan fasilitas penghapusan piutang macet ini. Misalnya, UMKM harus punya itikad baik buat membayar utangnya, dan nilai piutangnya nggak boleh terlalu besar. Pemerintah juga harus memastikan, kebijakan ini nggak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang nggak bertanggung jawab. Semoga aja, pemerintah dengerin permintaan OJK ya, biar UMKM kita makin kuat!
4. KCIC: Jumlah Penumpang Whoosh Naik 6,3 Persen Periode Januari–Oktober
Kabar gembira datang dari Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Mereka mencatat peningkatan jumlah penumpang Kereta Cepat Whoosh sebesar 6,3 persen pada periode Januari hingga Oktober 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini menunjukkan, minat masyarakat buat naik Whoosh makin tinggi.
Kereta Cepat Whoosh ini memang jadi primadona baru transportasi di Indonesia. Dengan kecepatan tinggi, Whoosh bisa mempersingkat waktu perjalanan Jakarta-Bandung jadi cuma sekitar 45 menit. Nggak heran, banyak orang yang memilih naik Whoosh daripada naik mobil atau kereta api biasa.
KCIC terus berupaya meningkatkan pelayanan buat para penumpang. Mereka menambah frekuensi perjalanan, memperbaiki fasilitas di stasiun, dan memberikan promo-promo menarik. Tujuannya, biar makin banyak orang yang tertarik buat naik Whoosh.
Tapi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan KCIC. Misalnya, soal harga tiket yang masih dianggap mahal oleh sebagian masyarakat. KCIC perlu mencari cara buat menurunkan harga tiket, biar Whoosh bisa dijangkau oleh semua kalangan. Selain itu, KCIC juga perlu meningkatkan konektivitas antara stasiun kereta cepat dengan transportasi publik lainnya, biar penumpang nggak kesulitan buat melanjutkan perjalanan setelah turun dari Whoosh. Semoga aja, Whoosh makin sukses dan jadi kebanggaan Indonesia!
5. BRI Ungkap Kualitas Pembiayaan Terjaga, NPL di Level 3,08 Persen
Bank BRI melaporkan kinerja keuangan yang positif. Mereka mengklaim, kualitas pembiayaan mereka terjaga dengan baik. Hal ini tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) atau kredit macet yang berada di level 3,08 persen.
NPL itu apa sih? NPL adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar kredit yang bermasalah di sebuah bank. Semakin rendah NPL, semakin baik kualitas pembiayaan bank tersebut. NPL BRI yang 3,08 persen ini masih di bawah batas aman yang ditetapkan oleh regulator.
BRI berhasil menjaga kualitas pembiayaan mereka dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit. Mereka juga aktif melakukan restrukturisasi kredit buat para nasabah yang kesulitan membayar cicilan. Selain itu, BRI juga terus meningkatkan pengawasan terhadap kredit yang disalurkan, biar nggak ada kredit yang bermasalah di kemudian hari.
Kinerja BRI yang positif ini tentu menjadi kabar baik buat perekonomian Indonesia. Sebagai bank yang fokus pada UMKM, BRI memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah. Dengan kualitas pembiayaan yang terjaga, BRI bisa terus menyalurkan kredit ke UMKM dan membantu mereka mengembangkan usahanya. Semoga aja, BRI terus memberikan kontribusi positif buat Indonesia!
Itulah tadi rangkuman berita ekonomi dari Republika Online hari ini. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Sampai jumpa di ulasan berita berikutnya!















