Kamis, 30 Oktober 2025, menjadi hari yang cukup sibuk di dunia ekonomi Indonesia. Dari strategi reasuransi hingga inklusi keuangan digital, dari masalah piutang macet UMKM sampai performa Kereta Cepat Whoosh, dan tak ketinggalan kabar dari BRI, semuanya layak kita simak. Yuk, kita bedah satu per satu!
Indonesia Re Siapkan Jurus Hadapi Tantangan Reasuransi 2026
Industri reasuransi lagi ancang-ancang nih buat menghadapi tantangan di tahun 2026. Indonesia Re, sebagai salah satu pemain utama, nggak mau ketinggalan. Mereka lagi menyusun strategi khusus biar tetap bisa bersaing dan memberikan layanan terbaik.
Also Read
Dalam rangkaian Indonesia Rendezvous 2025, Indonesia Re menggelar Broker Forum 2025. Acaranya sih kelihatan santai, tapi isinya serius. Mereka membahas berbagai isu penting, mulai dari regulasi baru, perkembangan teknologi, sampai perubahan perilaku konsumen. Tujuannya jelas, biar industri reasuransi Indonesia tetap kuat dan relevan di tengah perubahan zaman.
Reasuransi itu ibarat asuransi untuk perusahaan asuransi. Jadi, kalau ada klaim besar yang harus dibayar, perusahaan asuransi nggak keteteran karena sebagian risikonya sudah ditanggung oleh perusahaan reasuransi. Makanya, industri ini penting banget buat menjaga stabilitas sistem keuangan.
Lyodra Ikut Promosikan Inklusi Keuangan Digital
Penyanyi muda berbakat, Lyodra Ginting, ternyata punya perhatian besar terhadap inklusi keuangan digital. Menurutnya, dorongan inklusi keuangan digital belakangan ini semakin masif dirasakan oleh masyarakat.
Inklusi keuangan digital itu artinya semua orang, termasuk yang tinggal di daerah terpencil atau yang berpenghasilan rendah, punya akses ke layanan keuangan seperti perbankan, pembayaran, dan investasi, semuanya lewat platform digital.
Lyodra melihat bahwa kemudahan akses ini bisa membantu banyak orang untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Misalnya, petani bisa langsung menjual hasil panennya lewat aplikasi tanpa harus lewat tengkulak, atau ibu rumah tangga bisa memulai bisnis online dengan modal pinjaman dari fintech.
Tapi, Lyodra juga mengingatkan bahwa inklusi keuangan digital harus dibarengi dengan literasi keuangan yang baik. Jangan sampai karena kemudahan akses, malah jadi boros atau terjebak pinjaman online ilegal.
OJK Minta Pemerintah Perpanjang Kebijakan Hapus Piutang Macet UMKM
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lagi berjuang nih buat membantu UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang lagi kesulitan. Mereka minta pemerintah untuk memperpanjang kebijakan penghapusan piutang macet UMKM.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, bilang bahwa kebijakan ini sangat penting untuk memberikan kesempatan kedua bagi UMKM yang terpuruk akibat pandemi atau masalah lainnya. Dengan menghapus piutang macet, UMKM bisa kembali mendapatkan akses kredit dan memulai usaha lagi.
OJK juga terus mendorong digitalisasi ekosistem bisnis koperasi peternakan untuk meningkatkan inklusi keuangan dan kesejahteraan. Salah satunya dengan membangun sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yang menghubungkan peternak rakyat, koperasi susu, dan industri. Tujuannya, biar peternak bisa mendapatkan harga yang lebih baik dan akses pasar yang lebih luas.
KCIC Umumkan Kenaikan Penumpang Kereta Cepat Whoosh
Kabar baik datang dari Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Mereka mencatat peningkatan jumlah penumpang Kereta Cepat Whoosh sebesar 6,3 persen pada periode Januari hingga Oktober 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ini menunjukkan bahwa Kereta Cepat Whoosh semakin diminati oleh masyarakat sebagai alternatif transportasi yang cepat dan nyaman. Apalagi, dengan adanya integrasi dengan transportasi publik lainnya, semakin memudahkan penumpang untuk mencapai tujuan akhir mereka.
KCIC terus berupaya meningkatkan kualitas layanan, mulai dari penambahan jadwal perjalanan, peningkatan fasilitas di stasiun, sampai penawaran promo menarik. Tujuannya, biar semakin banyak orang yang beralih ke Kereta Cepat Whoosh.
BRI Klaim Kualitas Pembiayaan Terjaga
Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengumumkan bahwa kualitas pembiayaan mereka tetap terjaga dengan baik. Non-Performing Loan (NPL) atau kredit macet BRI berada di level 3,08 persen.
Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, menjelaskan bahwa BRI terus melakukan monitoring dan pengelolaan risiko yang ketat untuk menjaga kualitas pembiayaan. Mereka juga memberikan pendampingan dan restrukturisasi kredit bagi nasabah yang mengalami kesulitan.
BRI juga terus berinovasi dalam memberikan layanan keuangan digital kepada masyarakat, terutama UMKM. Mereka mengembangkan berbagai aplikasi dan platform yang memudahkan UMKM untuk mengakses kredit, melakukan pembayaran, dan mengelola keuangan mereka.
Kesimpulan: Optimisme di Tengah Tantangan
Dari berbagai berita di atas, kita bisa melihat bahwa ekonomi Indonesia di bulan Oktober 2025 ini menunjukkan tanda-tanda positif di tengah berbagai tantangan global. Industri reasuransi berbenah diri, inklusi keuangan digital semakin digencarkan, UMKM terus dibantu, transportasi semakin modern, dan perbankan tetap stabil.
Tentu saja, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Tapi, dengan kerja keras dan inovasi, kita optimis bahwa ekonomi Indonesia akan terus tumbuh dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.















