Waduh, kabar kurang sedap nih dari Bengkulu. Jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) di provinsi ini ternyata lumayan tinggi, bahkan ada perbedaan data yang cukup signifikan antara catatan resmi pemerintah dengan data dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Yayasan Kipas Bengkulu, sebuah organisasi yang fokus pada isu HIV/AIDS, mencatat ada 467 orang yang terinfeksi HIV/AIDS di wilayah tersebut. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan data yang dimiliki oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bengkulu, yang "hanya" mencatat 298 kasus. Selisihnya lumayan banyak ya?
Ronald, Manajer Program Yayasan Kipas Bengkulu, menjelaskan bahwa data mereka diperoleh dari kegiatan penjangkauan langsung ke kelompok-kelompok yang berisiko tinggi tertular HIV. Kelompok ini meliputi pekerja seks komersial (PSK), pengguna narkoba suntik (penasun), dan waria. Jadi, data mereka bisa dibilang hasil "blusukan" langsung ke lapangan.
Also Read
"Kami mendata ada 467 orang dengan HIV/AIDS dengan peningkatan jumlah penderita per tahun mencapai 24,6 persen," kata Ronald, Rabu (23/3). Wah, peningkatan per tahunnya juga cukup mengkhawatirkan ya.
Yang bikin miris, penularan HIV/AIDS di Bengkulu ini termasuk yang tertinggi di Indonesia. Lebih parahnya lagi, kasusnya sudah tersebar di seluruh kabupaten dan kota di provinsi tersebut. Ini berarti, HIV/AIDS sudah menjadi masalah yang cukup serius dan merata di Bengkulu.
"Bisa dikatakan HIV/AIDS sudah mewabah atau epidemik di Bengkulu karena semua daerah sudah ada kasus sehingga penanganannya harus lebih serius," imbuh Ronald.
Penanganan yang Belum Optimal
Sebenarnya, ada beberapa upaya yang sudah dilakukan untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Bengkulu. Salah satunya adalah dengan menambah fasilitas Volunteer Counseling and Testing (VCT) di Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KP3) Pelabuhan Pulau Baai. VCT ini penting banget karena memungkinkan orang untuk melakukan tes HIV secara sukarela dan mendapatkan konseling.
Tapi, menurut Yayasan Kipas Bengkulu, upaya ini masih jauh dari cukup. Soalnya, masih banyak kabupaten dan kota di Bengkulu yang belum punya fasilitas VCT. Padahal, di daerah-daerah itulah kasus HIV/AIDS juga ditemukan. Jadi, kesannya seperti "tambal sulam" ya, belum menyeluruh.
Ronald juga menyayangkan respons pemerintah daerah terhadap masalah HIV/AIDS ini. Menurutnya, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota terkesan lamban dalam menanggulangi masalah ini. Salah satu buktinya adalah keberadaan kantor KPA provinsi yang tidak jelas. Waduh, kalau kantornya saja tidak jelas, bagaimana mau koordinasi dan menjalankan program-program penanggulangan HIV/AIDS?
"Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sangat lamban dalam menanggulangi HIV/Aids, terbukti dengan KPA provinsi yang tidak jelas kantornya," tegasnya.
Peran KPA Harus Ditingkatkan
Yayasan Kipas Bengkulu berharap agar KPA bisa meningkatkan perannya sebagai koordinator penanganan HIV/AIDS lintas sektoral. Artinya, KPA harus bisa mengajak semua pihak terkait, mulai dari pemerintah daerah, dinas kesehatan, LSM, hingga masyarakat, untuk terlibat aktif dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS.
KPA juga harus bisa memastikan bahwa program-program penanggulangan HIV/AIDS berjalan efektif dan tepat sasaran. Misalnya, dengan meningkatkan akses terhadap layanan VCT, memberikan edukasi yang komprehensif tentang HIV/AIDS, dan memberikan dukungan kepada ODHA agar mereka bisa hidup sehat dan produktif.
Faktor-faktor Penyebab Tingginya Kasus HIV/AIDS di Bengkulu
Sebenarnya, ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan mengapa kasus HIV/AIDS di Bengkulu cukup tinggi. Beberapa di antaranya adalah:
- Kurangnya Kesadaran Masyarakat: Masih banyak masyarakat yang kurang memiliki informasi yang benar tentang HIV/AIDS. Akibatnya, mereka tidak tahu bagaimana cara mencegah penularan HIV dan bagaimana cara hidup dengan HIV.
- Stigma dan Diskriminasi: ODHA seringkali mengalami stigma dan diskriminasi dari masyarakat. Hal ini membuat mereka enggan untuk melakukan tes HIV atau mencari pengobatan. Akibatnya, mereka bisa menularkan HIV kepada orang lain tanpa mereka sadari.
- Perilaku Berisiko: Beberapa perilaku berisiko, seperti seks bebas tanpa kondom, penggunaan narkoba suntik, dan tato atau tindik dengan alat yang tidak steril, dapat meningkatkan risiko penularan HIV.
- Akses Terhadap Layanan Kesehatan yang Terbatas: Di beberapa daerah, akses terhadap layanan kesehatan, termasuk layanan VCT dan pengobatan ARV (antiretroviral), masih terbatas. Hal ini membuat orang sulit untuk melakukan tes HIV atau mendapatkan pengobatan yang tepat.
Upaya yang Perlu Dilakukan
Untuk menanggulangi masalah HIV/AIDS di Bengkulu, ada beberapa upaya yang perlu dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak terkait:
- Meningkatkan Kesadaran Masyarakat: Pemerintah daerah, dinas kesehatan, LSM, dan media massa perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HIV/AIDS. Informasi yang disampaikan harus akurat, mudah dipahami, dan tidak menimbulkan stigma atau diskriminasi.
- Menghilangkan Stigma dan Diskriminasi: Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA harus dihilangkan. Masyarakat perlu memahami bahwa ODHA adalah manusia biasa yang berhak untuk hidup sehat dan produktif.
- Mempromosikan Perilaku Seksual yang Aman: Masyarakat perlu diedukasi tentang pentingnya perilaku seksual yang aman, seperti menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, menghindari seks bebas, dan setia pada satu pasangan.
- Meningkatkan Akses Terhadap Layanan Kesehatan: Akses terhadap layanan kesehatan, termasuk layanan VCT dan pengobatan ARV, perlu ditingkatkan. Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang sama terhadap layanan kesehatan.
- Memperkuat KPA: Peran KPA sebagai koordinator penanganan HIV/AIDS lintas sektoral perlu diperkuat. KPA harus memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankan program-program penanggulangan HIV/AIDS secara efektif.
- Mengoptimalkan Peran Puskesmas: Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan harus dioptimalkan perannya dalam penanggulangan HIV/AIDS. Puskesmas harus mampu memberikan layanan VCT, konseling, dan pengobatan ARV kepada masyarakat.
Semoga dengan upaya yang serius dan terkoordinasi dari semua pihak, masalah HIV/AIDS di Bengkulu bisa segera teratasi. Kasihan kan, kalau semakin banyak orang yang terinfeksi virus ini.















