
Gempa bumi dengan magnitudo 5,7 mengguncang Laut Banda, Maluku, pada hari Jumat, 10 Oktober 2025, pukul 17:02:51 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan segera memberikan pernyataan resmi yang memastikan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Analisis mendalam yang dilakukan oleh BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo yang direvisi menjadi M5,4. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,27° Lintang Selatan dan 129,66° Bujur Timur, yang secara tepat berlokasi di laut pada jarak sekitar 198 kilometer arah Barat Laut Tanimbar, Maluku, dengan kedalaman hiposenter mencapai 169 kilometer. Lokasi ini berada di wilayah yang dikenal aktif secara tektonik dan sering mengalami aktivitas gempa bumi.
Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, memberikan penjelasan rinci mengenai karakteristik gempa bumi ini. Dengan mempertimbangkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, Daryono menjelaskan bahwa gempa bumi ini tergolong sebagai jenis gempa bumi menengah yang disebabkan oleh adanya deformasi batuan di dalam zona subduksi Banda. Subduksi Banda merupakan zona kompleks di mana Lempeng Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia, menciptakan tekanan dan tegangan yang besar pada batuan di sekitarnya. Proses ini merupakan salah satu penyebab utama aktivitas gempa bumi di wilayah tersebut.
Also Read
Daryono menambahkan, "Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan geser naik (oblique thrust)." Mekanisme geser naik mengindikasikan bahwa terjadi pergerakan relatif antara dua blok batuan, di mana satu blok bergerak naik relatif terhadap blok lainnya. Jenis pergerakan ini seringkali menghasilkan energi yang signifikan dan dapat memicu terjadinya gempa bumi dengan magnitudo yang cukup besar.
Berdasarkan estimasi peta guncangan (shakemap), gempa bumi ini menimbulkan guncangan di daerah Tepa dengan skala intensitas II – III MMI (Modified Mercalli Intensity). Skala intensitas ini menggambarkan dampak gempa bumi terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya. Pada skala II – III MMI, getaran dirasakan nyata di dalam rumah, dan terasa seakan-akan ada truk yang sedang melintas. Meskipun getaran terasa, umumnya tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan pada bangunan atau infrastruktur.
Meskipun gempa bumi ini dirasakan di beberapa wilayah, Daryono memastikan bahwa hingga saat ini belum ada laporan mengenai dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada bangunan, infrastruktur, atau lingkungan sekitarnya.
Lebih lanjut, Daryono menegaskan, "Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami." Pemodelan tsunami merupakan proses kompleks yang melibatkan analisis berbagai faktor, seperti magnitudo gempa bumi, kedalaman hiposenter, mekanisme sumber, dan karakteristik batimetri di sekitar episenter. Berdasarkan hasil pemodelan, BMKG menyimpulkan bahwa gempa bumi ini tidak memenuhi kriteria untuk memicu terjadinya tsunami.
Penting untuk dipahami bahwa meskipun gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami, masyarakat tetap diimbau untuk selalu waspada dan mengikuti informasi resmi dari BMKG. Gempa bumi dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, dan kesiapsiagaan merupakan kunci untuk mengurangi risiko dan dampak yang mungkin ditimbulkan.
Selain itu, perlu diingat bahwa wilayah Laut Banda merupakan zona seismik aktif yang sering mengalami aktivitas gempa bumi. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas tektonik di wilayah tersebut, di mana beberapa lempeng tektonik saling berinteraksi dan menyebabkan tekanan dan tegangan yang besar pada batuan di sekitarnya. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar Laut Banda perlu memiliki pemahaman yang baik mengenai risiko gempa bumi dan tsunami, serta mengetahui langkah-langkah yang perlu diambil untuk melindungi diri dan keluarga.
BMKG secara terus-menerus melakukan pemantauan terhadap aktivitas gempa bumi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Laut Banda. Data dan informasi yang diperoleh dari pemantauan ini digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat jika terjadi gempa bumi yang berpotensi menimbulkan tsunami.
Masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami dengan cara membangun rumah yang tahan gempa, mengikuti pelatihan kesiapsiagaan bencana, dan berpartisipasi dalam simulasi evakuasi tsunami. Dengan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan, kita dapat mengurangi risiko dan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh gempa bumi dan tsunami.
Sebagai tambahan informasi, gempa bumi dengan magnitudo 7,6 baru-baru ini mengguncang Filipina, dan peringatan tsunami destruktif telah dikeluarkan. Gempa bumi ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir.
Dalam menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami, kerjasama antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat sangatlah penting. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menyediakan infrastruktur yang tahan gempa, sistem peringatan dini yang efektif, dan program edukasi yang komprehensif. Lembaga terkait, seperti BMKG, memiliki peran penting dalam melakukan pemantauan, analisis, dan penyebaran informasi mengenai gempa bumi dan tsunami. Masyarakat memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan, serta berpartisipasi dalam upaya mitigasi bencana.
Dengan kerjasama yang baik, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dan siap menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai gempa bumi dan tsunami, masyarakat dapat mengakses situs web BMKG atau menghubungi call center BMKG. Informasi yang akurat dan terpercaya dapat membantu masyarakat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi situasi darurat.
Penting untuk diingat bahwa informasi yang beredar di media sosial atau sumber yang tidak terpercaya seringkali tidak akurat atau bahkan menyesatkan. Oleh karena itu, selalu verifikasi informasi yang Anda terima dengan sumber yang terpercaya, seperti BMKG atau lembaga pemerintah terkait lainnya.
Dengan meningkatkan kesadaran, kesiapsiagaan, dan kerjasama, kita dapat mengurangi risiko dan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh gempa bumi dan tsunami, serta menciptakan masyarakat yang lebih aman dan sejahtera.
Selain itu, perlu ditekankan bahwa gempa bumi merupakan fenomena alam yang tidak dapat diprediksi secara tepat kapan dan di mana akan terjadi. Oleh karena itu, kesiapsiagaan merupakan kunci utama dalam menghadapi ancaman gempa bumi. Masyarakat perlu memiliki rencana evakuasi yang jelas, mengetahui lokasi tempat pengungsian yang aman, dan memiliki persediaan darurat yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama beberapa hari setelah gempa bumi terjadi.
Pemerintah daerah juga perlu memiliki rencana kontingensi yang komprehensif untuk menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami. Rencana kontingensi ini harus mencakup langkah-langkah yang perlu diambil sebelum, selama, dan setelah bencana terjadi, serta melibatkan semua pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, lembaga terkait, dan masyarakat.
Dengan memiliki rencana kontingensi yang baik, pemerintah daerah dapat merespon bencana gempa bumi dan tsunami dengan cepat dan efektif, serta mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan.
Sebagai penutup, mari kita tingkatkan kesadaran, kesiapsiagaan, dan kerjasama dalam menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami. Dengan bersama-sama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dan siap menghadapi bencana alam.
