Hai para pembaca setia! Yuk, kita intip lagi berita-berita seru yang sempat menghiasi linimasa Republika Online di awal September 2025. Ada apa saja ya?
1. BEM UI Tuntut Pembentukan Tim Investigasi
Ketua BEM Universitas Indonesia (UI), Agus Setiawan, dengan lantang meminta DPR untuk membentuk tim investigasi independen. Tuntutan ini muncul sebagai respons atas kerusuhan yang terjadi beberapa waktu lalu. Agus dan rekan-rekannya berharap tim investigasi ini dapat mengusut tuntas akar permasalahan dan memberikan rekomendasi yang konstruktif untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. "Kami ingin keadilan ditegakkan dan kebenaran diungkapkan," tegas Agus dalam orasinya.
Also Read
Aksi BEM UI ini mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk akademisi, aktivis, dan organisasi masyarakat sipil. Mereka menilai bahwa pembentukan tim investigasi independen adalah langkah penting untuk menjaga kepercayaan publik terhadap proses hukum dan penegakan keadilan. Beberapa pihak juga menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam proses investigasi, agar hasilnya dapat diterima oleh semua pihak.
Namun, tuntutan BEM UI ini juga menuai pro dan kontra. Sebagian pihak meragukan efektivitas tim investigasi independen, dan menganggap bahwa aparat penegak hukum sudah mampu menangani kasus kerusuhan tersebut. Mereka juga khawatir bahwa pembentukan tim investigasi independen justru akan memperkeruh suasana dan menghambat proses hukum yang sedang berjalan.
Terlepas dari pro dan kontra, tuntutan BEM UI ini menunjukkan bahwa mahasiswa masih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap isu-isu sosial dan politik yang terjadi di masyarakat. Mereka tidak hanya berdiam diri, tetapi juga berani menyuarakan aspirasi dan memberikan solusi alternatif. Hal ini tentu menjadi angin segar bagi demokrasi di Indonesia, yang membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat.
2. Jelang Keberangkatan ke Gaza, Relawan Global Sumud Flotilla Ikuti Pelatihan
Puluhan relawan dari berbagai negara yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla, sebuah gerakan kemanusiaan internasional, sedang mempersiapkan diri untuk misi penting: menembus blokade Gaza. Sebelum berangkat, mereka mengikuti pelatihan non-kekerasan di Tunisia. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para relawan dengan keterampilan dan strategi untuk menghadapi berbagai kemungkinan tantangan selama misi.
Misi Global Sumud Flotilla ini bertujuan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza yang telah bertahun-tahun hidup dalam blokade. Mereka membawa obat-obatan, makanan, pakaian, dan perlengkapan medis yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Gaza. Selain itu, misi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran internasional tentang kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan di Gaza.
Blokade Gaza telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang berkepanjangan. Warga Gaza kesulitan mendapatkan akses terhadap kebutuhan dasar seperti air bersih, listrik, dan layanan kesehatan. Banyak anak-anak yang menderita gizi buruk dan penyakit akibat kondisi hidup yang tidak layak.
Misi Global Sumud Flotilla ini bukan tanpa risiko. Beberapa tahun sebelumnya, kapal-kapal yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza pernah diserang oleh militer Israel. Beberapa relawan tewas dan luka-luka dalam serangan tersebut. Namun, para relawan Global Sumud Flotilla tetap bertekad untuk melanjutkan misi mereka, meskipun menghadapi risiko yang besar.
"Kami percaya bahwa semua manusia berhak hidup dalam damai dan sejahtera," kata salah seorang relawan. "Kami tidak bisa tinggal diam melihat penderitaan warga Gaza."
3. Tangis Kompol Cosmas Usai Dipecat dari Polri
Suasana haru menyelimuti ruang sidang etik di Mabes Polri. Kompol Cosmas Kaju Gae, seorang perwira menengah Polri, tak kuasa menahan air mata setelah dinyatakan bersalah dan dipecat dari institusi kepolisian. Kompol Cosmas terbukti melanggar kode etik profesi Polri terkait kasus yang melibatkan dirinya beberapa waktu lalu.
Kasus yang menjerat Kompol Cosmas ini cukup kompleks dan menjadi perhatian publik. Ia diduga terlibat dalam praktik suap dan penyalahgunaan wewenang. Proses hukum terhadap Kompol Cosmas berjalan cukup panjang dan transparan. Akhirnya, sidang etik memutuskan bahwa ia bersalah dan harus menerima sanksi pemecatan.
Keputusan ini tentu menjadi pukulan berat bagi Kompol Cosmas dan keluarganya. Ia telah mengabdikan diri selama bertahun-tahun untuk Polri, dan kini harus menerima kenyataan pahit kehilangan pekerjaannya. Namun, ia tetap menghormati keputusan sidang etik dan berjanji akan bertanggung jawab atas perbuatannya.
Kasus Kompol Cosmas ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh anggota Polri. Bahwa tidak ada seorang pun yang kebal hukum, dan setiap pelanggaran akan ditindak tegas sesuai dengan aturan yang berlaku. Polri harus terus berbenah diri dan meningkatkan profesionalisme serta integritas anggotanya, agar kepercayaan publik tetap terjaga.
4. Temui Mahasiswa, Dasco Sebut Bakal Ada Reformasi di DPR
Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, menemui sejumlah mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung DPR. Dalam pertemuan tersebut, Dasco berjanji akan melakukan reformasi di tubuh DPR. Ia mengakui bahwa DPR masih memiliki banyak kekurangan dan perlu berbenah diri untuk meningkatkan kinerja dan kepercayaan publik.
Dasco menjelaskan bahwa reformasi DPR akan meliputi berbagai aspek, mulai dari peningkatan transparansi dan akuntabilitas, perbaikan mekanisme pengambilan keputusan, hingga peningkatan kualitas legislasi. Ia juga berjanji akan melibatkan partisipasi publik dalam proses reformasi DPR, agar hasilnya sesuai dengan aspirasi masyarakat.
"Kami ingin DPR menjadi lembaga yang lebih responsif, akuntabel, dan transparan," kata Dasco. "Kami akan terus berupaya untuk meningkatkan kinerja dan kepercayaan publik terhadap DPR."
Janji Dasco ini disambut baik oleh para mahasiswa. Mereka berharap bahwa reformasi DPR benar-benar dapat direalisasikan, dan bukan hanya sekadar janji manis. Para mahasiswa juga berjanji akan terus mengawasi kinerja DPR dan memberikan masukan konstruktif untuk perbaikan.
Reformasi DPR memang menjadi isu yang penting dan mendesak. DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat harus mampu menjalankan fungsinya dengan baik dan amanah. Kepercayaan publik terhadap DPR sangat penting untuk menjaga stabilitas politik dan pembangunan nasional.
5. Baju Pink, Sapu Lidi, dan Suara Perempuan
Aliansi Perempuan Indonesia (API) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI. Para peserta aksi mengenakan baju berwarna pink dan membawa sapu lidi sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan diskriminasi terhadap perempuan. Mereka menyuarakan berbagai tuntutan, mulai dari penghapusan kekerasan terhadap perempuan, peningkatan akses terhadap pendidikan dan kesehatan, hingga kesetaraan gender di berbagai bidang.
Aksi ini menarik perhatian banyak pihak karena unik dan kreatif. Baju pink dan sapu lidi menjadi simbol yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan perjuangan perempuan. Para peserta aksi juga menyampaikan orasi-orasi yang bersemangat dan menggugah kesadaran.
"Kami ingin suara perempuan didengar dan diperhatikan," kata salah seorang peserta aksi. "Kami tidak akan berhenti berjuang sampai kesetaraan gender terwujud di Indonesia."
Aksi API ini menunjukkan bahwa isu-isu perempuan masih menjadi perhatian penting di Indonesia. Perempuan masih menghadapi berbagai tantangan dan diskriminasi di berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, perjuangan untuk kesetaraan gender harus terus dilakukan.
Itulah kilas balik berita terhangat dari Republika Online di awal September 2025. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Sampai jumpa di berita selanjutnya!















